Pages

Lagu Arab bikin baper تسمعنى رباه Tasma'uni Robbah Dengarlah Aku Tu...

Muzammil Hasballah Surah Al Mulk

Proposal-Penelitian Jagung (Study Kelayakan Bisnis)

JAGUNG BULUKUMBA
STUDY KELAYAKAN BISNIS
kampus trans umi2











Disusun Oleh :
SITI FUJI AULIANTI HUSNI
02220150205

Unversitas Muslim Indonesia
Ekonomi/Manajemen

2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kesehatan yang di berikan kepada kita sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan yang kita harapkan bersama.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada;
1.       Dosen matakuliah Study Kelayakan Bisnis Dr. Ibrahim Dani SE., MSi
2.      Pihak-pihak yang bersangkutan
 atas bimbingan tersebut penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Dalam proposal  yang berjudul “Jagung Bulukumbaini yang telah ditentukan judulnya oleh dosen bersangkutan.

Seperti yang kita ketahu, jagung merupakan salah satu tanaman yang banyak dibudidayakan di Indonesia dan dijadikan sebagai makanan pokok oleh beberapa masyarakat Indonesia dan belahan lain di dunia, selain beras atau padi. Jagung lebih mudah pembudidayaannya jika dibandingkan padi, karena jagung tidak terlalu membutuhkan air yang banyak seperti padi, serta jagung dapat tumbuh di daerah kering sekalipun, asalkan masih terdapat kandungan air walaupun dalam kapasitas yang tidak terlalu melimpah.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat terbuka terhadap kritik dan saran demi perbaikan dimasa depan. Akhirnya, penulis berharap semoga  proposal ini berguna bagi para pengajar, mahasiswa, dan pembaca pada umumnya.


Maros, 29 Desember 2017
Siti Fuji Aulianti Husni
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................!
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................. .......................!!
BAB I PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang................................................................................................................................... ..........................1
B.      Tujuan dan Kegunaan.....................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A.      Deskripsi Tumbuhan Jagung ......................................................................................................................3
B.      Jenis Jenis Jagung..............................................................................................................................................6
C.      Analisi Kesesuaian Lahan..............................................................................................................................6
D.     Tujuan Pembudidayaan..............................................................................................................................12
E.      Manfaat Jagung...............................................................................................................................................13
F.      Keunggulan Jagung........................................................................................................................................13
G.      Kadar Air...........................................................................................................................................................14
M.   
A.      Kesimpulan.......................................................................................................................................................31
B.     
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................33



 BAB I
PENDAHULUAN
A.     LatarBelakang
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.
Kebutuhan jagung saat ini mengalami peningkatan dapat dilihat dari segi produksi yang dimana permintaan pasar domestic ataupun internasional yang sangat besar untuk kebutuhan pangan dan pakan. Sehingga hal ini memicu para peneliti untuk menghasilkan varietas-varietas jagung yang lebih unggul guna lebih meningkatkan produktifitas serta kualitas agar persaingan di pasaran dapat lebih meningkat.
Selain untuk pangan dan pakan, jagung juga banyak digunakan industri makanan, minuman, kimia, dan farmasi. Berdasarkan komposisi kimia dan kandungan nutrisi, jagung mempunyai prospek sebagai pangan dan bahan baku industri. Pemanfaatan jagung sebagai bahan baku industri akan memberi nilai tambah bagi usahatani komoditas tersebut. Jagung merupakanbahan baku industri pakan dan pangan serta sebagai makanan pokok di beberapa daerah di Indonesia. Dalam bentuk biji utuh, jagung dapat diolah misalnya menjadi tepung jagung, beras jagung, dan makanan ringan (pop corn dan jagung marning). Jagung dapat pula diproses menjadi minyak goreng, margarin, dan formula makanan. Perkembangan ini juga membuat penelitian mengenai karakteristik ( fisik dan kimiawi ) semakin dinamis. Oleh karena itu penelitian yang terkait karakteristik terus dikembangkan, seperti halnya perilaku kadar air dan tingkat kekerasan biji jagung.
Jagung dengan varietas NK 22 dan Pioneer  merupakan varietas yang saat ini sangat banyak ditanam oleh petani di Indonesia khususnya di Sulawesi Selatan. kedua varietas tersebut tentunya memiliki keunggulan pada karakteristiknya masing-masing baik itu dari segi bentuk dan ukuran pada biji dan tongkol serta penampakan lainnya. Akan tetapi jika ditinjau dari
karakteristik masing-masing kedua varietas ini belum terlalu banyak tersedia. Berdasarkan uraian tersebut diatas maka perlu dilakukan suatu penelitian mengenai karakteristik fisik dimana dalam hal ini untuk mengetahui perilaku tingkat kekerasan biji jagung selama pengeringgan lapisan tipis.
B.     Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat kekerasan dan kadar air biji jagung selama proses pengeringan lapisan tipis.
Keguanaan penelitian ini adalah diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan pertimbangan bagi pemerhati (stakeholder) jagung, khusunya industri pengolahan biji jagung.













BAB II
PEMBAHASAN
Jagung ( Zea mays ) merupakan salah satu tanaman pangan utama di dunia, selain gandum dan padi (beras). Sebagai sumber karbohidrat utama bagi penduduk di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk di beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai sumber pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya). Jagung juga merupakan satu satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini telah dikenal 50.000 kultivar jagung, baik yang terbentuk secara alami maupun dirakit melalui pemuliaan tanaman. (Wikipedia:2011).
A.    Deskripsi Tumbuhan Jagung
Jagung merupakan tanaman semusim (Annual Plants). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif, dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung angat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya memiliki ketinggian antara 1 meter sampai 3 meter, namun ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6 meter. Tinggi tanaman bisa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Jagung adalah termasuk tanaman monokotil (tumbuhan berbiji tunggal) sehingga perakarannya pun tergolong akar serabut yang kedalamannya dapat mencapai 8 meter, meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 meter. Batang tanaman jagung tegak dan mudah terlihat, seperti sorgum dan tebu. Bentuk daunnya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Suprapto (1995:10-11).
Jagung merupakan tanaman pangan yang banyak digunakan untuk bahan makanan pokok. Salah satu produk dari tanaman jagung yang mempunyai prospek cukup baik dikembangkan adalah jagung semi (baby corn), yaitu jagung yang dipanen saat masih muda dan belum membentuk biji. Tidak hanya jagung yang masih mudanya saja yang dapat dimanfaatkan, bagian dari hijauannya juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak karena teksturnya halus dan masih muda sehingga mudah dicerna oleh hewan ternak yang memakannya. Usaha tani jagung semi memberikan nilai efesiensi yang paling besar dibandingkan dengan sistem panen lainnya sehingga dapat meningkatkan pendapatan bagi petani. Hal ini dikarenakan umur panen yang relatif singkat dengan harga jual jagung semi yang lebih mahal dari pada jagung manis. Produksi jagung semi dilakukan jika permintaan pasar jagung biasa kurang menjanjikan, seperti harga yang relatif murah yaitu Rp. 3000/kg maka jagung semi dapat dijual sebagai bahan sayuran dengan harga yang lebih mahal (Suhardjono dan Moegijanto, 1998) Pengembangan produksi jagung semi atau baby corn secara khusus belum banyak di Indonesia, hal ini dikarenakan belum banyak masyarakat yang mengetahui teknik budidaya dan biasanya diusahakan secara sampingan. Kalimantan Barat masih mendatangkan jagung semi dari luar daerah seperti pulau Jawa demi mencukupi kebutuhan konsumsi dengan harga jual yang masih mahal yaitu Rp. 18.000/kg (Newar et al,2012) Jagung semi dapat berkembang di Indonesia, walaupun pada areal pertanaman yang masih sempit. Hal ini yang menjadi motivasi tersendiri bagi orangorang yang bergelut dibidang pertanian untuk berusaha menghasilkan produksi tanaman yang tinggi dengan ketersediaan lahan yang sedikit. Dengan adanya peluang  tersebut, diperlukan upaya perbaikan pada teknik budidaya tanaman yang lebih efektif, efisien dan optimal dalam hasil panen. Usaha – usaha yang dapat dilakukan diantaranya : memperbaiki sistem budidaya dengan mengatur jarak tanam, penggunaan benih dari varietas unggul dan beberapa usaha lainnya. (Bunyamin dan Awaluddin, 2012) Pengaturan jarak tanam merupakan salah satu usaha untuk memanipulasi lingkungan fisik tanaman. Sehingga persaingan antar tanaman dapat ditekan dimana peningkatan maupun penurunan jumlah populasi tanaman sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Oleh karena itu penentuan jumlah populasi tanaman sangat penting guna mendapatkan produksi yang maksimal.  Pengaturan jarak tanam sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Hal ini berpengaruh terhadap luas daun, berat kering tanaman , banyaknya sinar matahari yang diterima, sistem perakaran dan banyaknya jumlah unsur hara yang di serap dari dalam tanah. Penggunaan jarak tanam yang tepat akan meningkatkan hasil sedangkan penggunaan jarak tanam yang tidak tepat akan menurunkan hasil (Williams and Joseph 1970 cit Indrayanti 2010) Jarak tanam yang biasa digunakan untuk penanaman jagung pipilan yaitu 75 cm x 15 cm. Hasil penelitian Susilowati (2011), untuk tanaman jagung menggunakan jarak tanam 50 cm x 15 cm, 75 cm x 15 cm, 100 cm x 15 cm menunjukan pengaruh yang berbeda tidak nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung semi, hanya jumlah biji per lubang tanam yang berpengaruh terhadap panjang tongkol, dimana jumlah biji 1 per lubang tanam, tongkolnya lebih panjang dari jumlah biji 2 dan 3 per lubang tanam. Cerahnya prospek jagung semi pada masa yang akan datang diperlukan pembudidayaan jagung semi secara intensif. Salah satu yang sangat penting bagi pertumbuhan dan pengembangan tanaman jagung semi yang baik adalah dengan penyediaan unsur hara yang mencukupi dan seimbang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Produksi tanaman akan terhalang atau terhambat jika kandungan unsur hara yang terkandung di dalam tanah kurang atau tidak seimbang, terutama didaerah yang miskin kandungan unsur hara.
Peningkatkan dan pelestarian budidaya jagung semi tidak mudah karena berbagai kendala yang harus dihadapi oleh petani. Diantara berbagai kendala yang sering diabaikan petani adalah kekahatan hara N. Pemupukan nitrogen (N) berperan penting dalam meningkatkan produksi tanaman jagung (Sirrapa et al., 2002). Jagung membutuhkan unsur N dalam jumlah banyak, yakni berkisar antara 60 sampai 180 kg N per hektar (Effendi,1985), namun ketersediaan N dalam tanah sedikit, yaitu berkisar antara 0,02% sampai 0,04% (Sirappa, 2003). Padahal, sekitar 90% pertanaman jagung pada lahan kering dan sawah tadah hujan daerah tropis hasilnya dapat meningkat dengan pemberian pupuk N (Sirappa et al, 2001). Oleh karena itu, pemupukkan N perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil panen tinggi.  Bahan organik yang berasal dari biomassa tithonia dapat dimanfaatkan sebagai pupuk yang bertujuan memperbaiki kesuburan tanah, baik secara fisik, kimia maupun biologi tanah. Beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya manfaat dari penerapan pupuk tithonia pada tanah dan tanaman (Olabode, dkk 2007). Tithonia diversifolia merupakan gulma tahunan yang berpotensi sebagai sumber hara karena mengandung 3,5% N, 0,37% P, dan 4,10% K (Hartatik,2007) Salah satu penelitian Muhsanati et al. pemberian kompos tithonia 10 ton/ha mampu meningkatkan tinggi tanaman jagung manis. Fiza (2004) menyatakan bahwa pemberian 15 ton/ha kompos tithonia dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kacang buncis. Hasil penelitian dalam dua tahun terakhir ini, bahwa untuk budidaya tanaman jagung pada lahan masam, kombinasi pemberian 50 persen pupuk buatan (Urea dan KCl) + 50 persen kompos tithonia menghasilkan 5,251 ton biji kering, 50 persen pupuk buatan (Urea dan KCl) + 50% pupuk hijau tithonia menghasilkan 4,968 ton dan 100 persen pupuk buatan (Urea dan KCl) menghasilkan 5,129 ton untuk luas lahan 8.000 m persegi karena 2.000 m lahan (1/5 lahan) diasumsikan untuk ditanami tithonia sebagai pagar lorong. Untuk budidaya tanaman kedelai dengan kombinasi yang sama menghasilkan berturut turut 1,544 ton, 1,617 ton dan 1,781 ton. Hal ini menunjukkan bahwa dengan pemberian 50 persen tithonia baik dalam bentuk pupuk hijau maupun dalam bentuk kompos dapat menggantikan 50 persen kebutuhan pupuk Urea dan KCl. (Hakim dan Agustian, 2012) Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka penulis melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Jarak Tanam dan Pemberian Kompos Tithonia diversifolia Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Semi”
B.    Jenis Jenis Jagung
Jagung ( Zea mays ) termasuk famili graminae. Jagung yang banyak dibudidayakan sekarang ini adalah jagung hibrida, yaitu jagung yang hasil rekayasa genetika yang sifatnya silang, artinya sebagian besar penyerbukannya berasal dari tanaman jagung lainnya. Macam-macam varietas jagung hibrida antara lain yaitu :
1. Single Cross. Merupakan hibrida yang berasal dari persilangan dua galur murni.
2. Double Cross. Merupakan hibrida yang berasal daripersilangan antara dua cross.
3. Three Way Cross. Merupakan hibrida yag berasal dari persilangan antara single cross dengan suatu varietas atau populasi.
4. Top Cross. Merupakan hibrida yang berasal daripersilangan antara dua galur murni dengan satu varietas.
5. Modified Single Cross. Yaitu hibrida yang berasal dari persilangan single cross dengan galur lain. 

C.      Analisi Kesesuaian Lahan
Penilaian kelas kesesuaian lahan tanaman jagung disajikan dalam bentuk peta untuk untuk masing-masing kriteria kesesuaian. Berdasarkan parameter kesesuaian lahan menurut Djaenuddin, dkk (2000) maka terdapat sebelas peta. Peta-peta tersebut kemudian di overlay hingga didapat peta kesesuaian lahan untuk tanaman jagung.
Temperatur sangat mempengaruhi perkembangan profil tanah, faktor tersebut menentukan sifat kimia dan sifat fisik di dalam tanah. Temperatur rata-rata yang tinggi cenderung menambah kecepatan pelapukan dan pembentukan liat. Berdasarkan temperatur, seluruh Blitar dengan temperatur berkisar 26
°C termasuk dalam kelas “sangat sesuai” karena merupakan temperatur optimal untuk pertumbuhan jagung. Peta penilaian kesesuaian temperatur adalah seperti pada Gambar 2a. Curah hujan sangat mempengaruhi perkembangan profil tanah melalui sifat kimia dan sifat fisik tanah. Curah hujan
yang  tinggi  cenderung  menambah  kecepatan  pelapukan  dan pembentukan  liat  dan  secara  tidak  langsung  mempengaruhi reaksi tanah. Selain itu juga  dapat mengakibatkan pencucian kation  basa  dari  lapisan  permukaan  tanah  ke  lapisan  tanah yang  lebih  dalam  sehingga  pH  tanah  akan  menjadi  masam
(4,5). Bagi pertumbuhan tanaman curah hujan bertindak sebagai  penyedia  air  tanaman  sesuai  dengan  kebutuhannya.
Berdasarkan kriteria  tingkat curah hujan, terdapat tiga kelas kesesuaian yaitu kelas “sangat sesuai” (807-1200 mm/tahun) hanya mencakup 3 % luas wilayah sedangkan kelas “cukup sesuai” (1300-1600 mm/tahun) meliputi 31,4 % dan kelas “sesuai marginal” (1600-3500 mm/tahun) yaitu wilayah dengan curah hujan yang sangat tinggi meliputi sebagian besar wilayah yaitu 65,6 %. Jagung memerlukan banyak air ketika berbunga. Pada masa ini waktu hujan yang pendek diselingi dengan matahari jauh lebih baik daripada hujan terus-menerus.
Curah hujan yang tinggi menyebabkan kemantapan tanahnya menurun (lemah), karena air hujan tersebut melarutkan bahan organik dan unsur hara yang berfungsi sebagai perekat tanah agregat dan sebaliknya. Peta penilaian  kesesuaian curah hujan adalah seperti pada Gambar 2b.
Drainase  yang  baik  diperlukan  oleh  tanaman  yang membutuhkan  aerasi  yang  baik  seperti  jagung. Aerasi  tanah yang baik menyebabkan di dalam tanah cukup tersedia oksigen. Dengan demikian, akar tanaman mampu menyerap unsur hara dan dapat berkembang dengan baik. Terdapat dua kelas kesesuaian drainase yaitu “sangat sesuai” 62,9 % dan “cukup sesuai”  31,1  %.  Peta  kesesuaian  drainase  ditunjukkan  pada Gambar 2c.
Tekstur  tanah  sangat  berhubungan  dengan  jenis  tanah. Menurut Sudjana dkk., (1991) tekstur tanah yang paling sesuai bagi tanaman jagung adalah tekstur yang halus atau tanah lempung. Lempung berdebu atau lempung berpasir. Kelas kesesuaian tekstur tanah yaitu kelas “sangat sesuai” (34,3 %) dan “sesuai marginal” (65,7 %). Hal ini dikarenakan dampak material letusan gunung Kelud pada tahun 1990 an yang belum terlapuk sempurna. Peta kesesuaian tekstur tanah ditunjukkan pada Gambar 2d.
Kedalaman efektif perakaran mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan akar, drainase dan sifat fisik tanah.
Tanah dengan kedalaman efektif perakaran dalam (≥ 60 cm untuk tanaman palawija) mampu menyongkong pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman sehingga dapat tumbuh dengan  baik.  Kelas  kesesuaian  kedalaman  efektif  perakaran meliputi kelas  “sangat  sesuai”  (51,4  %)  dan  “cukup  sesuai” (48,6 %). Wilayah dengan kelas “cukup sesuai” merupakan
pegunungan kapur yang tanahnya kurang subur sehingga kedalaman efektif perakarannya dangkal sehingga jumlah unsur hara dalam tanah sedikit. Peta kesesuaian kedalaman efektif adalah seperti pada Gambar 2e.
Kapasitas  tukar  kation  (KTK)  menunjukkan  kemampuan tanah untuk menahan kation tersebut. KTK sebagai petunjuk dalam ketersediaan unsur hara. Tanah dengan KTK sedang hingga sangat tinggi akan mempunyai kelas kesesuaian lahan tertinggi untuk tanaman semusim. Besarnya nilai KTK dipengaruhi oleh kadar dan jenis liat. Tekstur liat mempunyai nilai KTK yang tinggi. Semakin tinggi jumlah liat suatu jenis tanah yang sama, KTK juga bertambah besar. Kelas kesesuaian KTK liat “sangat sesuai” (65,7 %) dan “cukup sesuai” (34,3 %). Peta kesesuaian KTK liat ditunjukkan Gambar 2f.
Nilai  derajat  keasaman  tanah  (pH)  penting  untuk  menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman.
Reaksi  tanah  sangat  mempengaruhi  ketersediaan  unsur  hara bagi tanaman. Pada reaksi tanah yang netral, yaitu pH 6,5 – 7,5, maka unsur hara tersedia dalam jumlah yang cukup banyak  (optimal). Tanaman  jagung  membutuhkan  pH  pH  5,5  – 7,5 sehingga seluruh wilayah memiliki kelas kesesuaian pH tanah “sangat sesuai” sepeti ditunjukkan Gambar 2g. Kandungan C-organik pada tanah-tanah di daerah penelitian mempunyai kategori yang sangat tinggi (≥0,6) terdapat hampir di semua wilayah. Menurut Djaenuddin dkk (2000), tanaman jagung dapat tumbuh optimum apabila kandungan C- organik dalam tanah lebih dari 0,4. Sehingga seluruh wilayah termasuk dalam kelas “sangat sesuai” Gambar 2h.
Karakteristik lereng ini berhubungan dengan sifat morfologi lahan. Topografi landai memiliki agregat tanah lebih mantap daripada yang berlereng curam, sebab pada topografi yang berlereng curam sering terjadi erosi sehingga bahan organik yang merupakan perekat-perekat agregat hilang sehingga  kemantapan  agregat  tanah  menjadi  lemah.  Kemiringan yang besar maka kecepatan aliran permukaan serta kekuatan mengikis  tanah  akan  menjadi  meningkat. Kelas  “sangat  sesuai” mencakup 31,4 % wilayah dengan kemiringan berkisar  antara 2-15 %,kelas “cukup sesuai” meliputi 25,7 % dengan kemiringan 15-30 %, dan kelas “sesuai marginal” mencakup 62,3 % dengan kemiringan >30 % yaitu di daerah pegunungan  kapur  di  wilayah  selatan  dan  lereng  gunung  di  wilayah utara Gambar 2i.
Ketinggian  akan  mempengaruhi  kecepatan  angin,  semakin  tinggi  suatu  tempat  akan  berpengaruh  terhadap  tekanan  dan  kerapatan  udara  dan  akibat  perbedaan  kerapatan
udara berpengaruh terhadap kecepatan dan arah angin. Tanaman jagung dapat tumbuh baik pada dataran rendah maupun dataran tinggi dengan ketinggian antara 0-800 dan 800-1200 meter di atas permukaan laut. Kelas “sangat sesuai” terdapat pada 68,6 % wilayah, kelas “cukup sesuai” 22,9 % dan “sesuai marginal” 8,5 % yaitu di wilayah utara Gambar 2j.
Tingkat  bahaya  erosi  ringan  sampai  sedang  termasuk kelas kesesuaian “cukup sesuai” yaitu meliputi 82,9 % sedangkan tingkat  bahaya erosi berat yaitu kelas “sesuai marginal” sebesar 17,1 %. Peta kesesuaian tingkat bahaya erosi untuk tanaman jagung seperti pada Gambar 2k.
Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Jagung Berdasarkan  penilaian  kesesuaian  lahan  tanaman  jagung peta yang diperoleh dari 11 parameter yaitu temperatur, curah hujan, drainase, tekstur tanah, kedalaman efektif perakaran, KTK liat, pH tanah, c-organik, kemiringan, ketinggian  dan  erosi  kemudian  di overlay dalam Arc View, untuk mendapatkanpeta evaluasi kesesuaian lahan tanaman jagung di  Blitar  yang  tersaji  pada  Gambar  3  dengan  kelas  “sangat sesuai” 85 % dan “cukup sesuai” 10 % dan “sesuai marginal” 5 %. Sedangkan detail luasannya tersaji pada Tabel 3. Kelas “cukup sesuai” umumnya terletak di wilayah Blitar Utara dan kelas  “sesuai  marginal”  terletak  di  sebagian  kecil  wilayah dapat tertutup bila terjadi hujan. Tanaman jagung dapat tumbuh baik dengan ketinggian antara 0-800 m dpl dan 800-1200
m  dpl.  Daerah  yang  memiliki  ketinggian  lebih  dari  1200  m dpl kurang baik bila ditanami jagung hal ini disebabkan oleh pengaruh  angin,  angin  yang  terlalu  panas  dan  kering  dapat
mengakibatkan tepungsari tidak keluar atau kadar air rambut berkurang sehingga tepungsari tidak dapat tumbuh.
Usaha-Usaha Perbaikan Penilaian Kelas Kesesuaian Lahan Tanaman Jagung Di Blitar. Faktor  pembatas  bahaya  erosi. Faktor  pembatas  bahaya erosi merupakan kendala dengan faktor pembatas lereng (%) pada  tanaman  jagung  ditemukan  di  Kecamatan  Panggungrejo, Bakung, Sutojayan, Wates, sebagian kecil wilayah Kecamatan Wonotirto dengan kemiringan lahan antara 15-30 % termasuk  dalam  kelas  “cukup  sesuai”.  Sedangkan  sebagian kecil  Kecamatan  Garum,  Nglegok,  Gandusari,  Wlingi  dan Doko  dengan  nilai  kemiringan  lahan  30  %  termasuk  dalam kelas “sesuai marginal” kendala ini dapat diatasi dengan cara pembuatan teras dan bedengan. Faktor pembatas bahaya erosi pada tanaman jagung untuk kelas “cukup sesuai” terdapat di daerah  Kecamatan  Udanawu,  Ponggok,  Srengat, Talun,  Garum, Nglegok Binangun, Kesamben, Selopuro, Panggungrejo, Kanigoro,  Binangun,  Kademangan,  Wonotirto,  Gandusari,
Selorejo  dan  sebagian  Kecamatan  Wates  yang  memiliki tingkat  bahaya  erosi  ringan.  Kelas  “sesuai  marginal”  terdapat pada Kecamatan Wlingi, Gandusari, Doko, dan sebagian Kecamatan  Wonodadi,  Binangun  dan  Wates  dengan  tingkat bahaya  erosi  berat.  Faktor  pembatas  eh  (kelerengan)  pada tanaman  jagung  dengan  kelas  “cukup  sesuai”  dapat  ditingkatkan menjadi “sangat sesuai” dan kelas “sesuai marginal” dapat ditingkatkan menjadi “cukup sesuai” salah satunya dengan perlakuan bedengan dan tanaman penguat teras.
Faktor pembatas bahaya erosi tanaman jagung dengan kelas “cukup sesuai” dapat ditingkatkan menjadi “sangat sesuai” dan kelas “sesuai marginal” dapat ditingkatkan menjadi “cukup  sesuai”  yaitu  dengan  pemotongan  lereng  aktual  dengan sistem teras gulud atau teras bangku untuk mengurangi erosi tanah. Pertimbangan faktor-faktor yang mempengaruhi perlakuan teras bangku yaitu;
(a) faktor biofisik, dimana teras bangku  tidak  cocok  digunakan  pada  kedalaman  tanah  efektif yang dangkal dan tanah yang mudah longsor serta untuk tanaman  yang  peka  drainase  lambat  perlu  dibuat  bedengan-bedengan tinggi pada bidang olah,
(b) faktor sosial ekonomi, dimana  keterbatasan  modal  dan  tenaga  kerja  terkadang  menyulitkan petani untuk menerapkan teras bangku.Faktor  pembatas  media  perakaran. Sebagian  besar  daerah penelitian memiliki tekstur pasir. Sedangkan tanah yang sesuai untuk  tanaman  jagung  adalah  tanah  dengan  tekstur  lempung Gambar 3.
Peta Kesesuaian Lahan Tanaman Jagung Di Blitar Kecamatan Wlingi (10 ha), Gandusari (117 ha), dan Doko (52 ha) karena merupakan daerah dengan ketinggian tempat > 1200 mdpl. Jagung  dapat  tumbuh  baik  pada  daerah  dataran  rendah maupun  dataran  tinggi  dengan ketinggian  antara  800-1800 meter di atas permukaan laut. Karakteristik lahan yang mem pengaruhi  kelas  “sangat  sesuai”,  kelas  “cukup  sesuai”  serta kelas “sesuai marginal” diantaranya temperatur, curah hujan, drainase,  tekstur,  pH,  kedalaman  efektif,  C-  organik,  KTK Liat, kemiringan, ketinggian dan erosi. Temperatur yang optimal berkisar antara 26 °C sangat diperlukan untuk perkembangan  dan  pertumbuhan  tanaman  jagung,  distribusi  curah
hujan  yang  merata  sepanjang  tahun  yaitu  antara  807-1200 mm.  Drainase  yang  baik,  agak  terhambat  sampai  agak  cepat yang  cocok  untuk  pertumbuhan  dan  perkembangan  jagung
yang membutuhkan aerasi yang cukup dengan demikian akar tanaman dapat menyerap unsur hara dengan baik, tekstur tanah lempung berliat, lempung berdebu atau lempung berpasir merupakan  media  tumbuh  yang  baik  untuk  tanaman  jagung, dimana tanah yang bertekstur halus mempunyai kemantapan agregat yang mantap hal ini disebabkan oleh banyaknya bahan
perekat yang dapat menguatkan agregat pada tanah liat, sehingga umumnya merupakan tanah yang subur, karena banyak mengandung bahan organik yang merupakan flukolan. pH tanah  yang  diperlukan  untuk  pertumbuhan  optimal  pada  tanaman jagung ialah angka pH 5,5 -6,5. Tanah yang bersifat asam yaitu  angka  pH  kurang  dari  5,5  dapat  dilakukan  pengapuran
(liming). Semakin  banyak  jumlah  bahan  organik  maka  agregat semakin mantap hal ini disebabkan bahan organik merupakan bahan perekat yang dapat memantapkan agregat tanah serta mempunyai nilai konsistensi yang baik, karena mampu mempertahankan struktur tanah sehingga pori-pori tanah tidak berdebu,  lempung  berpasir  atau  lempung.  Faktor  pembatas media perakaran pada tanaman jagung yaitu tekstur tanah dan kedalaman  efektif  tanah.  Kelas  “sesuai  marginal”  ditemukan pada  Kecamatan  Udanawu,  Wonodadi,  Srengat,  Ponggok, Nglegok, Garum, Gandusari, Kanigoro, Talun, Selopuro, Kesamben, Kademangan, Sutojayan, Binangun, Wates, Panggungrejo, Wonotirto, dan Bakung. Tekstur tanah merupakan faktor pembatas  yang  sulit  diatasi  karena  berhubungan  juga  dengan faktor  alam  yang  tidak  bisa  dipengaruhi  oleh  manusia  secara langsung.  Faktor  kedalaman  efektif  tanah,  umumnya  adalah kelas “sangat sesuai” dan kelas “cukup sesuai” yang terdapat di sebagian kecil Kecamatan Bakung dan Kademangan.
Faktor  pembatas  retensi  hara.
Faktor  pembatas  retensi hara  untuk  KTK  liat  untuk  tanaman  jagung  ditemukan  pada sebagian kecil wilayah Blitar yaitu Kecamatan Wlingi, Doko  dan  Selorejo  dengan  kelas  “cukup  sesuai”  dimana  KTK  liat <16 16="" atau="" bahan="" cmol="" dan="" dapat="" dari="" dengan="" diatasi="" faktor="" hara="" ini="" jagung="" kendala="" kg.="" ktk="" lahan="" lebih="" liat="" o:p="" optimum="" organik.="" pada="" pembatas="" penambahan="" pengapuran="" retensi="" tanaman="" tumbuh="">
Faktor  pembatas  ketersediaan  oksigen.
Faktor  pembatas ketersediaan  oksigen  untuk  drainase  pada  tanaman  jagung ditemukan di wilayah Kecamatan Wonodadi, Wlingi, Doko, Selopuro dengan kelas “cukup sesuai”. Faktor pembatas ketersediaan  oksigen  untuk  drainase  pada  tanaman  jagung  dengan kelas “cukup sesuai” dapat ditingkatkan menjadi “sangat sesuai” dengan usaha perbaikan sistem irigasi dan pembuatan saluran drainase.

D.    Tujuan Pembudidayaan
Setiap usaha yang dilakukan pasti memiliki tujuan tertentu. Begitupula dengan budidaya tanaman jagung juga memiliki beberapa tujuan. Adapun tujuan pembudidayaan tanaman jagung adalah sebagai berikut : 1. Memanfaatkan lahan Lahan atau tanah yang ada di desa-desa umumnya hanya sebagian kecil saja yang digunakan untuk keperluan pemukiman. Sebagian besar masih berupa lahan terbuka dan belum dimanfaatkan secara optima
1.       Untuk itulah lahan digunakan untuk sarana pembudidayaan tanaman agar lahan tersebut terawat dan memberikan manfaat.
2.      Menambah penghasilan Kegiatan budidaya tanaman jagung yaitu menanam, merawat dan memanen serta memasarkan hasil panen tersebut. Hasil dari pemasaran tersebut merupakan sumber penghasilan, khususnya bagi para petani yang pekerjaannya membudidayakan jagung.
3.      Mengurangi tingkat pengangguran Budidaya tanaman jagung dapat mengurangi tingkat pengangguran karena orang yang tadinya tidak memiliki pekerjaan, dengan adanya kegiatan pembudidayaan tanaman jagung mereka akhirnya bisa bekerja yaitu usaha budidaya jagung.

E.      Manfaat Jagung
Jagung merupakan tanaman sumber bahan pangan pokok bagi sebagian masyarakat, selain gandum dan padi atau beras. Jagung kaya akan karbohidrat. Kandungan karbohidrat yang terkandung dalam jagung dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji jagung. Karbohidrat itulahyang dapat menambah atau memberikan asupan kalori pada tubuh manusia, yang merupakan sumber tenaga sehingga jagung dijadikan sebagai bahan makanan pokok. Jagung tidak hanya bermanfaat bagi manusia, tapi juga bagi hewan ternak seperti sapi. Berikut merupakan beberapa manfaat jagung :
1.       Buahnya merupakan sumber karbohidrat bagi manusia.
2.      Sebagai salah satu sumber pangan pokok.
3.      Daunnya dapat digunakan untuk pakan ternak kambing, sapi, maupun kerbau.
4.       Batangnya yang sudah kering dapat digunakan untuk kayu bakar.
5.      Kulit batang pohon jagung dapat dijadikan kerajinan tangan.
6.      Tulang jagung (jenggel) dapat digunakan sebagai kayu bakar.
7.      Kulit dari buah jagung dapat digunakan sebagai pengganti kertas sigaret pada rokok, serta dapat digunakan sebagai bungkus makanan kecil seperti dodol dan wingko.
8.      Buahnya dapat diolah menjadi berbagai macam makanan, seperti nasi jagung, jagung bakar, berondong ( popccorn ), dan juga sebagai pakan ternak.

F.      Keunggulan Jagung
Hibrida Jagung yang banyak dibudidayakan saat ini adalah jagung jenis hibrida karena jagung jenis ini mempunyai beberapa keunggulan, antara lain sebagai berikut :
1.      Sangata cocok untuk penanaman rapat dengan jarak tanam 75 x 20 cm, dan dengan populasi 66.667 tanaman/hektar.
2.       Sangat peka terhadap pemupukan, sehingga dapat memberikan hasil yang dapat memberikan hasil yang tinggi pada keadaan pemupukan yang optimal.
3.      Memiliki ketahanan yang tinggi terhadap serangan penyakit bulai.
4.       Berbatang kokoh dengan tingkat keseragaman mulai dari seragam sampai sangat seragam.
5.      Umur panen tergolong cepat.
6.      Hasil produksi sangat tinggi antara 6,8 - 8,89 ton pipilan kering/hektar.
7.      Jagung hibrida juga berpotensi baik untuk dipanen hijauan pakan ternak ( silase ) maupun dipanen muda sebagai jagung rebus dan jagung sayur ( baby corn ).

G.    Kadar Air
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam persen. Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat penting pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur,  dan  citarasa  pada  bahan  pangan.  Kadar  air  dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut, kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk berkembang biak, sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan (Winarno, 1997). Salah satu faktor yang mempengaruhi proses pengeringan adalah kadar air, pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air bahan untuk menghambat perkembangan organisme pembusuk. Kadar air suatu bahan berpengaruh terhadap banyaknya air yang diuapkan dan lamanya proses pengeringan               
(Taib et al. 1988). 
Salah satu metode yang digunakan untuk menetapkan kadar air pada suatu bahan adalah dengan menggunakan metode “Penetapan air dengan metode oven“, yaitu suatu metode yang dapat digunakan untuk seluruh produk makanan, kecuali produk tersebut mengandung komponen-komponen yang mudah menguap atau jika produk tersebut mengalami dekomposisi pada pemanasan 1000C – 1020C sampai diperoleh berat yang tetap (Apriyantono, 1989).
Dalam mencegah keruskan selama masa penyimpanan, pengendalian kadar air merupakan faktor terpenting. Pengendalian kadar air adalah faktor yang paling mudah dan murah sebelum dilakukan penyimpanan terhadap bahan. Perkembangan kapang dapat ditekan dengan adanya pengurangan kadar air selama penyimpanan (Wiliam, 1991). Pengeringan yang berlanjut dengan menggunakan sinar matahari dapat menyebabkan biji-bijian retak dan kehilangan daya hidupnya (Covanic, 1991). 
Selama masa penyimpanan kadar air bahan pangan akan bergerak menuju kadar air keseimbangan. Henderson dan Perry (1976) mengemukakan bahwa kadar air keseimbangan terjadi pada saat biji-bijian tidak lagi  menyerap atau melepas uap air. Pengeringan mekanis untuk menurunkan kadar air sampai 14% selama 2.5 hari efektif untuk mengontrol aflatoksin pada jagung yang diproduksi pada musim hujan. Untuk menghemat biaya (Negler et al. 1986).
Kadar air suatu bahan merupakan banyaknya kandungan air persatuan bobot bahan yang dinyatakan dalam persen basis basah (wet basis) atau dalam persen basis kering (dry basis). Kadar air basis basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100%, sedangkan kadar air basis kering lebih 100%. Kadar air basis basah (b,b) adalah perbandingan antara berat air yang ada dalam bahan dengan berat total bahan. 
Kadar air basis kering adalah berat bahan setelah mengalami pengeringan dalam waktu tertentu sehingga beratnya konstan. Pada proses pengeringan, air yang terkandung dalam bahan tidak dapat seluruhnya diuapkan meskipun demikian hasil yang diperoleh disebut juga sebagai berat bahan kering (Ramadhani, 2011)




































BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan



























Daftar pustaka


 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS