Pages

Negeriku 2019

Kamis, 26 September 2019

Resah deting serasa tandus 
Gemurau menghempas keresahaan 
Negeriku sedang tak baik-baik saja 
Petinggi-petinggj berdasi itu 
Seakan hati nurani terhempas dalam raganya

Merenggut...
Merampas...
Dengan kebijakan-kebijakan kotornya 
Rakyat merintih merenuh 
Seakan tak ada artinya


#sfah

buat aku ikhlas

Selasa, 16 Juli 2019

Senja tak lagi indah 
Air penuh dengan minyak 
Telur sudah pecah 
Seperti itulah gambaran masalalunya 
Bisakah aku ikhlas menerima? 
Masalalu jauh berbeda dengan ku 
Apa maksud tuhan mengirimkan sosok seperti itu 
Kadang aku jijik 
Tapi di sisi lain 
Rasa sayangku sudah besar 
Ketika ku membenci rasa rinduku memanggilnya 

sajak-sesekali

Rabu, 10 Juli 2019

Sesekali cobalah bertanya pada kesedihanmu 
Apakah dia akan terus menetap 
Membiarkan mu melemah atau 
Membiarkan ia pergi membuatmu lebih bersyukur 

Sesekali cobalah bertanya pada resahmu 
Bertanya pada smua keluhmu 

Hingga rasa syukur menghampirimu 
Membuatmu lebih menikmati hidup
Membuatmu lebih nyaman
Membuatmu lebih bahagia 

officialy SE

Kamis, 23 Mei 2019

Alhamdulillah segala puji bagi Allah serta kasih sayang dari orang tua saya yang telah memberikan dukungan untuk menyelesaikan studi s1 saya. Tidak terasa september 2015 menginjakkan kaki di Universitas Muslim Indonesia kini telah melaksanakan Yudisium pada Rabu, 22 Mei 2019. 

Semester 1 
I have a friends, semua terasa indah saling memahami sampai pada akhirnya di penghujung naik smester 5 kita terpisahkan karena rumah saya jauh saya hanya ingin kuliah 3 hari sedangkan mereka 5 hari. Dan tepisahlah kami... 

Semester 4 
Saya gabung bersama teman sd saya beserta teman-temannya. Lagi dan lagi di penghujung semester 6 terpisahkan karena mereka mengikuti acara organisasi di pegunungan yang dimana akses internet susah sehingga untuk komunikasi belanja kelas terbengkalai. 

Semester 5 
Saya masuk organisasi. The first time saya masuk organisasi. Pada awalnya smua terasa indah dan tentram hingga banyak yang iri dan fake friends. Saya memutuskan menjauh dan memutuskan kontak. Kalau bertemu secara langsung hanya tersenyum saja. Namun cerita baiknya, saya dipertumakan sosok yang ingin serius dalam hidup saya. 

Semester akhir 7-8 
Sibuk-sibuknya mengurus ujian proposal, hasil, dan tutup. Saya bertemu dengan teman saya sedari semester satu namun akrabnya di semester akhir. Mereka menemani langkah ku mendapatkan gelar SE. 
Dan “him” yang menemaniku pula hingga menuju SE. 

Bismillah 
Semoga Allah memberikan kemudahan serta keridhoannya membuat langkah ku tetap terjaga. Dan perlahan membuktikan siapa yang patut untuk dijadikan omongan buruk belaka sama orang-orang yang tidak tahu diri.

Bismillah

Orang-orang memang pandailah menilai sebelah mata tanpa tahu sebab dan akibat. Menggungjing sana-sini sebagai tabiat yang tak bisa terlepaskan. Semoga Allah memberikan kalian kebajikan atas dasar ketidak adilan dan omongan belaka orang-orang yang tidak nyadar diri. 

Aku Lelah

Rabu, 10 April 2019

Malam ini membuatku tergerak menuangkan segala kelulah kesahku yang berharap ada hikmah bagi pembaca ku. 

Sedikit mengganggu hari-hariku. Kini ku bosan lagi untuk menangis. Terlalulah sering ku menangis sejadi-jadinya sehingga ku bosan untuk menangis. 

Aku rindu dengan mereka yang selalu mengatakan ini kepadaku “Menangislah sampai hatimu legah hingga kau bosan dengan menangis lagi.” Aku benci di tegur “dasar cengeng.” Ucapan itu membuatku semakin rapuh dan tak bisa berhenti menangis. 

Tuhan menghadirkan sosok yang diluar nalar ku. Menguji mental, fikiran, kesabaran, bahkan fisikku. Ntah apa yang Allah ingin perlihatkan kepadaku dari kisah ku ini. 

Aku rindu sosok yang menjadi penyemangatku, inspirasi ku, bahkan pedoman ku. 
Hadirnya tak ku temukan lagi hingga membuatku geram dan muak dengan dunia yang penuh dengan kepalsuan. 

Secarik Kisah Persahabatan

Selasa, 26 Maret 2019





sesekali aku ingin bercerita tentang kisah ku...
Setiap hal yang terjadi dalam hidup sudah Allah rencanakan jauh sebelum kita berada di dunia. ..
Pertemuan ku bersama mereka adalah takdir dari Allah, rejeki dari Allah. Banyak hal yang aku bisa pelajari dari mereka.
Sosok yang terbuka banyak mengajarkan ku bagaimana menghadapi dunia yang penuh dengan orang-orang yang fake dan bagaimana menyikapinya.
I Love you dear:* 

Sepenggal Sajak - Itu

Senin, 25 Maret 2019

Pagi itu 
Kala itu 
Hmmm itu 

Aku termenung dalam sedalamnya 
Kemanakah Jiwa yang dulu itu beranjak? 
Sosok gusar berapi merasukinya sekarang 

Sosok lemah lembut dan penuh semangat 
Lenyap bak bui 

Tapi, 
Perlahan-lahan sosok itu kembali seiring berjalan waktu 
Hanya karena titik terendah membuatnya hilang 


PROPOSAL SDM - PROPOSAL ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MOTIVASI YANG MEMPENGARUHI MINAT BERWIRAUSAHA


PROPOSAL
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MOTIVASI
YANG MEMPENGARUHI MINAT BERWIRAUSAHA
(Studi pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muslim Indonesia)












Disusun oleh:

Siti Fuji Aulianti Husni

02220150205
C1


FAKULTAS EKONOMI
MANAJEMEN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2018





KATA PENGANTAR


Assalamu"alaikum Wr.Wb 
Alhamdulillahi robbi’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Faktor-faktor Motivasi Yang Mempengaruhi Minat Berwirausaha ini dengan baik. Skripsi ini disusun guna memenuhi tugas manajemen riset sumber daya manusia di Fakultas Ekonomika dan Manajemen Uniersitas Muslim Indoensia. 
Dalam penulisan skripsi ditemui beberapa kesulitan, namun berkat bantuan, motivasi, bimbingan dan doa dari berbagai pihak maka skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, tidak berlebihan apabila dalam kesempatan ini, Penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 
1.      Allah SWT dan para Rasul-Nya yang telah membimbing, memberi contoh, dan memberikan kisah-kisah yang luar biasa kepada umat-Nya dalam jalan kebajikan dan kebijaksanaan.
2.      Keluarga tercinta sebagai anugrah terbesar dalam hidupku
3.      Dr. St. Nurhayati Azis, SE, Ms selaku dosen Fakultas Ekonomi & Manajemen Universtas Muslim Indonesia dan yang mengajarkan mata kuliah manajemen riset sumber daya manusia.
4.      Keluarga Tante Sifa di Cirebon, Ajeng, Om Imam, Zali dan lainnya. Terimakasih telah menerima saya dengan baik selama ini. .
5.      Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas kebaikannya..
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak kekurangan dalam
penulisan proposal ini, tapi atas doa dan bantuan dari berbagai pihak proposal ini bisa selesai dengan lancar. Kesempurnaan hanya milik ALLAH SWT dan sebagai manusia kita hanya mampu berdoa serta berusaha. Semoga proposal ini bermanfaat untuk semua akademisi dan semoga semua orang yang telah membantu saya selama ini dibalas kebaikannya oleh ALLAH SWT, Aamiin.
Wassalamuallaikum Wr. Wb.




                                                                                         Maros, 13 Maret 2018
                                                                                    Penulis,


                                                                                  Siti Fuji Aulianti Husni
                                                                                    NIM: 02220150205






















I
 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini masyarakat kesulitan dalam menemukan lapangan pekerjaan. Banyak sarjana yang hanya menjadi pengangguran, akibatnya pendidikan yang dulunya begitu diagung-agungkan justru terlihat percuma. Banyaknya orang dengan gelar sarjana dan keinginan untuk dapat memenuhi kebutuhan sehariharinya menjadi faktor yang memicu orang-orang untuk mencari pekerjaan. Sayangnya, persaingan yang begitu ketat dalam seleksi pekerjaan dan banyaknya orang yang bersaing dalam mencari pekerjaan membuat banyak cendekiawan muda yang menjadi pengangguran atau mendapatkan pekerjaan yang kurang
layak.
Semakin maju suatu negara semakin banyak orang yang terdidik, dan banyak pula orang yang menganggur karena sempitnya lapangan pekerjaan. Hal ini menunjukkan semakin pentingnya dunia entrepreneur di dalam perekonomian suatu negara. Pembangunan akan lebih berhasil jika ditunjang oleh para entrepreneur yang dapat membuka lapangan kerja karena kemampuan pemerintah sangat terbatas. Pemerintah tidak akan mampu menggarap semua pembangunan karena sangat banyak membutuhkan anggaran belanja, personalia, dan pengawasan. Sehingga, lapangan yang mampu pemerintah siapkan pun sangatlah terbatas dan sulit untuk memenuhi seluruh masyarakat di Indonesia.
Kewirausahaan (entrepreneurhip) merupakan persoalan penting di dalam perekonomian suatu bangsa yang sedang berkembang. Kemajuan atau kemunduran ekonomi suatu bangsa sangat ditentukan oleh keberadaan dan peranan dari. Korporasi-korporasi berupaya untuk mendorong para manajer mereka menjadi orang-orang yang berjiwa entrepreneur, universitas-universitas sedang mengembangkan programprogram entrepreneurhip, dan para entrepreneur individual menimbulkan perubahan-perubahan dramatik dalam masyarakat.). Sayangnya, jumlah entrepreneur di Indonesia masih sedikit dan mutunya belum bisa dikatakan hebat untuk menopang perekonomian, sehingga persoalan wirausaha ini menjadi persoalan yang mendesak bagi suksesnya pembangunan perekonomian di Indonesia.
Dalam hal ini, tidak dapat dipungkiri bahwa kewirausahaan dapat membantu menyediakan begitu banyak kesempatan kerja, berbagai kebutuhan konsumen, jasa pelayanan, serta menumbuhkan kesejahteraan dan tingkat kompetisi suatu negara.
Seorang wirausahawan adalah seorang yang memiliki keahlian untuk menjual, mulai dari menawarkan ide hingga komoditas baik berupa produk atau jasa. Dengan kreativitasnya, wirausahawan mampu beradaptasi dengan berbagai situasi dan kondisi lingkungan. Sebagai pelaku bisnis, wirausahawan harus mengetahui dengan baik manajemen penjualan, gaya dan fungsi manajemen. Untuk berhasil, ia harus mampu berkomunikasi dan menguasai beberapa elemen kecakapan manajerial, serta mengetahui teknik menjual yang strategis mulai dari pengetahuan tentang produk, ciri khas produk dan daya saing produk terhadap produk sejenis.
Membuka usaha bukanlah perkara yang mudah. Ada orang yang membuka usaha karena tidak ada pilihan lain selain membuka usaha sendiri. Ada orang yang membuka usaha sendiri karena pendidikan rendah yang membuat dia sulit mencari pekerjaan. Ada juga orang yang terpaksa membuka usaha sendiri karena terkena PHK dari perusahaannya. Sedangkan ada orang yang membuka usaha sendiri karena lebih senang memilih usaha sendiri daripada bekerja pada orang lain. Ada beberapa alternatif pilihan usaha baru. Pilihan usaha ada tiga macam yaitu waralaba (franchise), membeli usaha yang sudah berjalan, atau membuka usaha mulai dari nol.
Pada abad ke-20 terjadi krisis ekonomi global yang berdampak besar pada perekonomian dunia, termasuk Negara-negara asia tenggara. Di Indonesia, perusahaan-perusahaan besar di Indonesia mengalami kebangkrutan karena ketidak sanggupannya menghadapi krisis ekonomi global ini. Di lain pihak, justru para entrepreneur mampu bertahan menghadapi krisis ini karena permodalan mereka milik pribadi. Mereka lebih kuat dari perusahaan-perusahaan besar yang mengandalkan modal pinjaman dan gabungan. Permodalan perusahaan besar ini justru akan memberi efek domino yang sangat besar bagi perekonomian Negara Indonesia.
Bisa disimpulkan bahwa kesempatan untuk menjadi seorang entrepreneur sangat besar karena ketahanan dalam menghadapi krisis global dan naik-turunnya kondisi ekonomi Negara Indonesia sangat kuat. Pengembangan ini perlu dilakukan oleh masyarakat Indonesia khususnya para generasi muda. Terutama saat mereka menempuh pendidikan akademik.
Sangat disayangkan, masyarakat Indonesia masih banyak yang beranggapan bahwa kewirausahaan identik dengan bakat, sesuatu yang sudah menjadi bakat mereka sejak lahir.
Ketidakyakinan mereka yang kurang percaya pada kemampuan dalam berwirausaha inilah yang menjadi nilai minus masyarakat, khususnya para pemuda Indonesia yang seharusnya mampu menggalakkan wirausaha untuk membuka lapangan pekerjaan lebih banyak bagi dirinya pribadi dan orang-orang yang tidak memiliki pekerjaan tetap.
Setelah melihat penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa membentuk budaya kewirausahaan dalam lingkungan masyarakat sangatlah penting. Budaya kewirausahaan sendiri biasanya tumbuh secara alami dalam suatu keluarga atau kelompok masyarakat Indonesia. Ini merupakan aset berharga bagi bangsa Indonesia yang sedang berkembang dan menjadikan wirausaha sebagai penopang ekonomi bangsa. 
Profesi orang tua memiliki peran strategis sebagai budaya pembentuk motivasi berwirausaha. Hal ini juga menunjukkan budaya kewirausahaan terbentuk karena keterbisaan, lingkungan, dan faktor dari diri pribadi yang melekat sejak mereka kecil ataupun saat mereka tumbuh besar nantinya.
Walaupun budaya ini mampu bertahan, tapi semua itu tidak ada gunanya bila tidak ada motivasi yang mendorong keinginan masyarakat lain untuk berwirausaha. Karena belum tentu semua orang tua masyarakat Indonesia adalah wirausahawan dan belum tentu semua masyarakat Indonesia memiliki kultur yang kuat dalam membentuk budaya wirausaha. Motivasi berwirausaha itu sendiri bisa diberikan dengan pelatihan maupun pendidikan. Di perguruan tinggi sendiri sangat perlu untuk mengembangkan budaya kewirausahaan untuk mendorong terciptanya entrepreneur muda yang baru dengan menerapkan ilmu-ilmu wirausaha yang mereka dapatkan.
Kebebasan dalam bekerja merupakan sebuah model kerja dimana seseorang melakukan pekerjaan sedikit tetapi memperoleh hasil yang besar. Berangkat kerja tanpa terikat pada aturan atau jam kerja formal, atau berbisnis jarang-jarang tetapi sekali mendapat untung, untungnya cukup untuk dinikmati berbulan-bulan atau cukup untuk sekian minggu kedepan. Keberhasilan diri yang dicapai merupakan pencapaian tujuan kerja yang diharapkan, yang meliputi kepuasan dalam bekerja dan kenyamanan kerja. Toleransi akan resiko, merupakan seberapa besar kemampuan dan kreativitas seseorang dalam menyelesaikan besar kecilnya suatu resiko yang diambil untuk mendapatkan penghasilan yang diharapkan. Semakin besar seseorang pada kemampuan diri sendiri, semakin besar pula keyakinanya terhadap kesanggupan mendapatkan hasil dari keputusanya dan semakin besar keyakinanya untuk mencoba apa yang dilihat orang lain beresiko.
Karena ada program pemerintah itu, negara kita mulai menggalakkan dan menyebarkan pengetahuan tentang kewirausahaan secara lebih luas. Dari mulai Sekolah  menengah, hingga perguruan tinggi menjadi sasaran untuk memberikan motivasi dan pengetahuan tentang pentingnya berwirausaha. Hal ini bertujuan agar saat mereka lulus dan terjun langsung ke masyarakat, mereka memiliki cukup ilmu dan mental menjadi seorang entrepreneur. Mereka tidak lagi canggung untuk menghadapi dunia bisnis maupun pekerjaan yang sulit didapatkan. Sehingga, jumlah pengangguran di Indonesia dapat berkurang dan tentu saja para sarjana perguruan tinggi tidak lagi menjadi pengangguran yang menyalahkan pendidikan mahal yang mereka lalui selama duduk di bangku perkuliahan.
Penelitian ini memilih Universitas Muslim Indonesia sebagai objeknya, karena Universitas ini menjadi salah satu Universitas Swasta terbaik di Indonesia.  Penelitian ini berguna untuk melihat motivasi berwirausaha mahasiswa dalam memenuhi tujuan yang sudah di tetapkan oleh Fakultas Ekonomika dan Manajemen Universitas Muslim Indonsia, yaitu[1] :
1.      Menghasilkan lulusan yang profesional, kompeten di bidang ekonomi dan manajemen, mandiri dan mampu bersaing secara global.
2.      Mengembangkan kehidupan masyarakat akademik yang mempunyai jiwa entrepreunership pada seluruh warga kampus dengan didukung oleh budaya ilmiah yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

1.2 Rumusan Masalah

Latar belakang di atas telah menunjukkan tujuan dalam penelitian ini, penelitian ini akan menganalisis faktor-faktor motivasi yang mempengaruhi minat untuk berwirausaha supaya dapat mengetahui seberapa besar mahasiswa
termotivasi dan memiliki minat untuk berwirausaha. Selain itu, penelitian ini juga akan melihat perbedaan minat dari mahasiswa yang memiliki latar belakang orang tua wirausahawan maupun non-wirausahawan dan kesiapan mahasiswa untuk terjun ke dalam dunia wirausaha. 
Menurut latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka pertanyaan untuk penelitian ini adalah:
a.       Bagaimana pengaruh dari toleransi akan resiko terhadap minat berwirausaha?
b.      Bagaimana   pengaruh         keberhasilan    diri       terhadap          minat berwirausaha?
c.       Bagaimana   pengaruh         kebebasan       dalam bekerja            minat berwirausaha?
d.      Adakah perbedaan dari tiap latar belakang pekerjaan orang tua terhadap minat berwirausaha?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang yang sudah dibahas tadi, maka tujuan
penelitian ini adalah:
a.       Untuk mengetahui perbedaan minat wirausaha mahasiswa dilihat dari latar belakang pekerjaan orang tua nya.
b.      Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor motivasi terhadap minat mahasiswa untuk menjadi seorang entrepreneur.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk:
I. Kegunaan teoritis:
Penelitian ini sangat bermanfaat untuk memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan tentang berbagai macam hal yang mempengaruhi keinginan seseorang menjadi wirausahawan.
                   II.       Kegunaan Praktisi:
a.       Bagi Penulis
                                                Dapat      menjadi      tambahan      wawasan      dalam      hal
kewirausahaan serta motivasi dan semakin mengetahui berbagai macam hal yang melatar belakangi keinginan berwirausaha. Penelitian ini juga memberi manfaat berupa praktik langsung dari segala teori motivasi, budaya motivasi, kewirausahaan serta pendidikan analisis yang selama ini didapatkan, khususnya dalam bidang Manajemen Sumber Daya Manusia.
b.      Bagi Mahasiswa
Memberi manfaat untuk memperluas gambaran dalam penulisan skripsi. Bisa menjadi studi pembanding maupun penunjang dalam penelitian mereka selanjutnya.
c.       Bagi Universitas
Para dosen dapat mengetahui pentingnya membentuk lingkungan dan budaya kewirausahaan dalam lingkup Universitas.
d.      Bagi Masyarakat Luas
Sebagai salah satu sumber informasi tentang faktor-faktor yang mendorong orang untuk berwirausaha serta pentingnya
wirausaha itu sendiri.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dibagi ke dalam lima (5) bab, yang diuraikan sebagai berikut: 
I
: Pada Bagian ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. 
 II :
Bagian ini berisi tentang penjabaran teori yang berhubungan dengan pokok permasalahan yang dipilih yang akan dijadikan sebagai landasan teori dalam penulisan skripsi ini. Bab ini juga memaparkan penelitian terdahulu yang mendorong untuk dilakukan penelitian selanjutnya, di samping itu juga akan dijelaskan tentang kerangka pemikiran teoritis.
III :
: Bagian ini memberikan penjelasan tentang lokasi dan obyek penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, serta metode analisis data yang digunakan untuk mengolah data. 
 IV
:  Bagian ini menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan.
V
: Bagian ini berisi kesimpulan hasil penelitian yang telah dilakukan
dan saran-saran yang dapat diberikan pada penelitian tersebut.




II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Motivasi
 Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan (Handoko, 2003). Selain itu menurut Siswanto (2003) mengartikan motivasi sebagai keadaan kejiwaan atau menggerakkan dan mengarah atau menyalurkan perilaku kearah pencapaian kebutuhan yang memberi kepuasan atau mengurangi ketidakseimbangan.
                        Lain halnya dengan Stevenson (2001) yang mendefinisikan motivasi
sebagai insentif, dorongan, atau stimulus untuk bertindak dimana motivasi adalah semua hal verbal, fisik atau psikologis yang membuat seseorang melakukan sesuatu sebagai respon.
 Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow (1954) pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs); (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbolsimbol status; dan (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya
kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
 Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat psikologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual. motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah : (a) persepsi seseorang mengenai diri sendiri; (b) harga diri; (c) harapan pribadi; (d) kebutuhaan; (e) keinginan; (f) kepuasan kerja; (g) prestasi kerja yang dihasilkan.
 Teori motivasi juga dikembangkan oleh David McClelland. Dalam teori ini, banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui motivasi memenuhi kebutuhan manusia dalam berprestasi. Kebutuhan untuk berprestasi ini ada karena orang-orang memiliki dorongan kuat untuk berhasil. Mereka lebih mengejar prestasi pribadi ketimbang imbalan terhadap keberhasilannya. Mereka bergairah untuk melakukan sesuatu lebih baik dan lebih efisien dibandingkan sebelumnya.
Mc Clelland menemukan bahwa mereka dengan dorongan prestasi yang tinggi berbeda dari orang lain dalam keinginan kuat mereka untuk melakukan halhal dengan lebih baik. Mereka mencari kesempatan-kesempatan dimana mereka memiliki tanggung jawab pribadi dalam menemukan jawaban-jawaban terhadap masalah. Mereka yang memiliki kebutuhan berprestasi lebih suka pekerjaanpekerjaan yang dimana mereka memiliki tanggung jawab pribadi, akanakan memperoleh balikan dann tugas pekerjaannya memiliki resiko yang sedang. Dalam penelitiannya, Mc Clelland menemukan bahwa mereka yang memiliki kebutuhan untuk berprestasi paling tinggi adalah para wirausahawan yang berhasil. Sebaliknya ia tidak menemukan adanya manajer dengan kebutuhan
prestasi yang tinggi.
Kebutuhan untuk berkuasa juga merupakan kebutuhan dari teori Mc Clelland, kebutuhan berkuasa adalah adanya keinginan yang kuat untuk mengendalikan orang lain, untuk mempengaruhi orang lain, dan untuk memiliki dampak terhadap orang lain. Orang yang ingin kekuasaannya besar adalah mereka yang suka untuk menjadi pemimpin.
Kebutuhan untuk berafiliasi adalah trori ketiga milik Mc Clelland, kebutuhan ini yang paling sedikit mendapat perhatian untuk diteliti. Orang dengan kebutuhan berafiliasi yang tinggi adalah orang yang berusaha mendapat persahabatan. Mereka ingin disukai orang lain dan menghindari konflik.”
 Berdasarkan semua teori tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah semua kekuatan yang memberi energy, daya, arah, dan dorongan untuk melakukan atau tidak melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan, baik pemenuhan kebutuhan atau pencapaian kepuasan.
             
Adapun jenis motivasi menurut Davis dan New Strom (1996) adalah
prestasi, afiliasi, kompetensi, dan kekuasaan. 
1.      Motivasi prestasi (achievement motivation), adalah dorongan dalam diri seseorang untuk mengatasi segala tantangan dan hambatan dalam mencapai tujuan. Entrepreneur yang berorientasi dan bekerja keras apabila mereka memandang bahwa mereka akan memperoleh kebanggaan pribadi atas upaya mereka, apabila hanya terdapat sedikit resiko gagal, dan apabila mereka mendapat balikan spesifik tentang prestasi diwaktu lalu. 
2.      Motivasi afiliasi (affiliation motivation), adalah dorongan untuk berhubungan dengan orang-orang atas dasar social. Orang-orang yang bermotivasi afiliasi bekerja lebih baik apabila mereka dipuji karena sikap dan kerja sama mereka yang menyenangkan. 
3.      Motivasi kompetensi (competence motivation), adalah dorongan untuk mencapai keunggulan kerja, meningkatkan ketrampilan dalam memecahkan masalah, dan berusaha keras untuk inovatif. Umumnya, mereka cenderung melakukan pekerjaan dengan baik karena kepuasan batin yang mereka rasakan dari melakukan pekerjaan itu dan penghargaan yang diperoleh dari orang lain. 
4.      Motivasi kekuasaan (power motivation), adalah dorongan untuk mempengaruhi orang-orang dan mengubah situasi. Orang-orang yang bermotivasi kekuasaan ingin menimbulkan dampak dan mau memikul
resiko untuk melakukan hal itu. 
Penjelasan di atas dapat ditarik sebuah garis merah bahwa motivasi adalah suatu dorongan dari dalam diri manusia maupun dari dorongan dari pihak luar untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan.
2.1.2. Wirausaha  
Menurut Lupioyadi (2004) yang dimaksud dengan wirausaha adalah orang yang kreatif dan inovatif serta mampu mewujudkannya untuk peningkatan kesejahteraan diri masyarakat dan lingkungannya. Kreatif bila ia memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru atau mengadakan sesuatu yang belum ada. Inovatif bila ia mampu membuat sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada.
Peran dari seorang wirausaha menurut Suryana (2003) secara umum memiliki 2 peran, yaitu: sebagai penemu dan sebagai perencana. Sebagai penemu, wirausaha menemukan dan menciptakan produk baru, teknologi dan cara baru, ide-ide baru dan organisasi usaha baru. Sedangkan sebagai perencana, wirausaha berperan merancang usaha baru, merencanakan strategi perusahaan baru, merencanakan ide-ide dan peluang dalam perusahaan.
Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave (1996) menyatakan proses wirausaha diawali dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai factor, baik yang berasal dari diri pribadi maupun luar pribadi, seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan. Factor-faktor tersebut membentuk control diri, kreativitas, keinovasian, implementasi, dan pertumbuhan yang kemudian berkembang menjadi wirausaha yang besar. Secara internal, keinovasian dipengaruhi oleh factor yang berasal dari individu, seperti toleransi, pendidikan, pengalaman, dan sopan santun. Sedangkan factor yang dari lingkungan mempengaruhi model peran, aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu, inovasi berkembang menjadi sebuah wirausaha melalui proses yang dipengaruhi oleh lingkungan, organisasi, dan keluarga (Suryana, 2003). 
Willian D. Bygrave (1996) mengatakan, wirausahawan adalah orang yang memperoleh peluang dan menciptakan suatu organisasi untuk mengejar peluang itu. Wirausahawan yang unggul yang mampu menciptakan kreativitas dan inovasi sebagai dasar untuk hidup, tumbuh dan berkembang umumnya memiliki karakteristik atau ciri-ciri yang merupakan proses jangka panjang berdasarkan pengalaman dan pendidikan. Beberapa karakteristik yang melekat pada diri wirausahawan (Zimmerer and Scarborough, 1998; Kuratko & Hoodgets, 2007) sebagai berikut:
1.      Desire for responsibility
Wirausaha yang unggul merasa bertanggungjawab secara pribadi atas hasil usaha yang dia lakukan. Mereka lebih dapat mengendalikan sumberdaya sumberdaya yang dimiliki dan menggunakan sumberdaya tersebut untuk mencapai cita-cita. Wirausaha yang berhasil dalam jangka panjang haruslah memiliki rasa tanggung jawab atas usaha yang dilakukan. Kemampuan untuk menanggung risiko usaha seperti: risiko keuangan, risiko teknik adakalanya muncul, sehingga wirausaha harus mampu meminimalkan risiko.
2.      Tolerance for ambiguity
Ketika kegiatan usaha dilakukan, mau-tidak mau harus berhubungan dengan orang lain, baik dengan karyawan, pelanggan, pemasok bahan, pemasok barang, penyalur, masyarakat, maupun aturan legal formal. Wirausaha harus mampu menjaga dan mempertahankan hubungan baik dengan stakeholder. Keberagaman bagi wirausaha adalah sesuatu hat yang biasa. Kemampuan untuk menerima keberagaman merupakan .suatu ciri khas wirausaha guna menjaga kelangsungan hidup bisnis atau perusahaan dalam jangka panjang.
3.      Vision
Wirausaha yang berhasil selalu memiliki cita-cita, tujuan yang jelas kedepan yang harus dicapai secara terukur. Visi merupakan filosofi, cita-cita
        dan     motivasi     mengapa     perusahaan     hidup,     dan     wirausaha      akan
menterjemahkan ke dalam tujuan, kebijakan, anggaran, dan prosedur kerja yang jelas. Wirausaha yang tidak jelas visi kedepan ibarat orang yang berjalan tanpa arah yang jelas, sehingga kecenderungan untuk gagal sangat tinggi.
4.      Tolerance for failurer
Usaha yang berhasil membutuhkan kerja keras, pengorbanan balk waktu biaya dan tenaga. Wirausaha yang terbiasa dengan kreativitas dan inovasi kadangkala atau bahkan sering mengalami ketidakberhasilan. Proses yang cukup panjang dalam mencapai kesuksesan tersebut akan meningkatkan kepribadian toleransi terhadap kegagalan usaha.
5.      Internal locus of control
Didalam diri manusia ada kemampuan untuk mengendalikan diri yang dipengaruhi oleh internal diri sendiri. Wirausaha yang unggul adalah yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan diri dari dalam dirinya sendiri.
Kerasnya tekanan kehidupan, persaingan binis, perubahan yang begitu cepat dalam dunia bisnis akan meningkatkan tekanan kejiwaan balk mental, maupun moral dalam kehidupan keseharian. Wirausaha yang mampu mengendalikan dirinya sendiri akan mampu bertahan dalam dunia bisnis yang makin komplek.
6.      Continuous Improvement
Wirausaha yang berhasil selalu bersikap positif, mengangap pengalaman sebagai sesuatu yang berharga dan melakukan perbaikan terusmenerus. Pengusaha selalu mencarihal-hal baru yang akan memberikan manfaat balk dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Wirausaha memiliki tenaga, keinginan untuk terlibat dalam petualangan inovatif yang akan membawa konsekuensi menguntungkan dimasa depan.
7.      Preference for moderate risk.
Dalam kehidupan berusaha, wirausaha selalu berhadapan dengan intensitas risiko. Sifat wirausaha dalam menghadapi resiko dapat digolongkan ke dalam 3 macam sifat mengambil resiko, yaitu risk seeking (orang yang suka dengan risiko tinggi), moderat risk (orang yang memiliki sifat suka mengambil risiko sedang), dan risk averse (orang memiliki sifat suka menghidari risiko) Pada umumnya wirausaha yang berhasil memiliki kemampuan untuk memilih risiko yang moderate/sedang, di mana ketika mengambil keputusan memerlukan pertimbangan yang matang, hal ini sejalan dengan risiko wirausaha yang apabila mengalami kegagalan di tanggung sendiri. Wirausaha akan melihat sebuah bisnis dengan tingkat pemahaman pribadi yang disesuaikan dengan perubahan lingkungan (Zimmerer, and
Scarborough, 1998)
8.      Confidence in their ability to success.
Wirausaha umumnya memiliki keyakinan yang cukup tinggi atas kemampuan diri untuk berhasil. Mereka memiliki kepercayaan yang tinggi untuk meiakukan banyak hal dengan balk dan sukses. Mereka cenderung untuk optimis terhadap peluang keberhasilan dan optimisme, biasanya berdasarkan kenyataan. Tanpa keyakinan kepercayaan untuk sukses dan mampu menghadapi tantangan akan menurunkan semangat juang dalam melakukan bisnis.
9.      Desire for immediate feedback.
Perkembangan yang begitu cepat dalam kehidupan usaha menunut wirausaha untuk cepat mengantisipasi perubahan yang terjadi agar mampu bertahan dan berkembang. Wirausaha pada umumnya memiliki keinginan untuk mendapatkan respon atau umpan balik terhadap suatu permasalahan. Persaingan yang begitu ketat dalam dunia usaha menuntut untuk berpikir cerdas, cepat menanggapi perubahan. Wirausaha memiliki kecenderungan untuk mengetahui sebaik apa ia bekerja dan mencari pengakuan atas prestasi secara terus-menerus.
10.  High energy level
Wirausaha pada umumnya memiliki energi yang cukup tinggi dalam melakukan kegiatan usaha sejalan dengan risiko yang ia tanggung. Wirausaha memiliki semangat atau energi yang cukup tinggi dibanding kebanyakan orang. Risiko yang harus ditanggung sendiri mendorong wirausaha untuk bekerja keras dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Bergairah dan mampu menggunakan daya geraknya, ulet tekun dan tidak mudah putus asa.
11.  Future orientation
Keuntungan usaha yang tidak pasti mendorong wirausaha selalu  melihat peluang, menghargai waktu dan berorientasi kemasa depan. Wirausaha memiliki kecenderungan melihat apa yang akan dilakukan sekarang dan besuk, tidak begitu mempersoalkan apa yang telah dilakukan kemarin. Wirausaha yang unggui selalu berusaha memprediksi perubahan dimasa depan guna meningkatkan kinerja usaha.
12.  Skill at organizing
Membangun usaha dari awal memerlukan kemampuan mengorganisasi sumberdaya yang dimiliki berupa sumber-sumber ekonomi berujud maupun sumber ekonomi tak berujud untuk mendapat manfaat maksimal. Wirausaha memiliki keahlian dalam melakukan organisasi balk orang maupun barang. Wirausaha yang unggul ketika memiliki kemampuan portofolio sumberdaya yang cukup tinggi untuk dapat bertahan dan berkembang.
13.  High Commitment
Memunculkan usaha baru membutuhkan komitmen penuh yang tinggi agar berhasil. Disiplin dalam bekerja dan pada umumnya wirausaha membenamkan diri dalam kegiatan tersebut guna keberhasilan cita-citanya.
Scarborough, et.all (2006) mengungkapkan step, langkah terakhir seorang wirausaha untuk meningkatkan kreativitas pendorong kewirausahaan adalah
“work, work, work,….”
14.  Flexibility
Perubahan yang begitu cepat dalam dunia usaha mengharuskan wirausaha untuk mampu menyesuaikan diri dengan perubahan apabila tetap ingin berhasil. Kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan merupakan modal dasar dalam berusaha, bertumbuh dan sukses. Fleksibilitas berhubungan dengan kolega seperti; kemampuan menyesuaikan diri dengan perilaku wirausaha lain, kemampuan bernegosiasi dengan kolega mencerminkan kompentensi wirausaha yang unggul.
2.1.3     Minat Berwirausaha
            Ada beberapa ahli yang mengemukakan tentang minat:
a.       Minat adalah kecenderungan yang agak menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu atau merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. (W.S Winkel,1989)
b.      Menurut Loekmono (1994) mengungkapkan bahwa minat dapatdiartikan kecenderungan untuk merasa tertarik atau terdorong untuk memperhatikan seseorang, sesuatu barang atau kegiatan dalam bidang-bidang tertentu. Minat merupakan salah satu hal ikut menentukan keberhasilan seseorang dalam segala bidang, baik studi, kerja dan kegiatan-kegiatanlain. Minat pada suatu bidang tertentu akan memunculkan perhatian terhadap bidang
tertentu.
c.       Minat merupakan perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dariperasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut dan kecenderungan- kecenderungan lain yang mengarahkan individu pada suatu pilihan tertentu.(Andi Mappiare, 1982).
Menurut pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa minat merupakan kesadaran seseorang yang dapat menimbulkan adanya keinginan. Keinginan yang timbul dalam diri individu tersebut dinyatakan dengan suka atau tidak suka, senang atau tidak senang terhadap sesuatu obyek atau keinginan yang akan memuaskan kebutuhan.
Minat wirausaha adalah gejala psikis untuk memusatkan perhatian dan berbuat sesuatu terhadap wirausaha itu dengan perasaan senang karena membawa manfaat bagi dirinya. Santoso (1939) menegaskan minat berwirausaha adalah keinginan, ketertarikan serta kesediaan untuk bekerja keras atau berkemauan keras untuk berdikari atau berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa merasa takut dengan resiko yang akan terjadi, serta senantiasa belajar dari kegagalan yang dialami.
Menurut uraian tentang minat dan wirausaha di atas, minat berwirausaha adalah kecenderungan hati dalam diri subyek untuk tertarik menciptakan suatu usaha yang kemudian mengorganisir, mengatur, menanggung risiko dan mengembangkan usaha yang diciptakannya tersebut. 
2.1.4     Toleransi Akan Resiko
 Richard Cantillon, orang pertama yang menggunakan istilah entrepreneur di awal abad ke-18, mengatakan bahwa wirausaha adalah seseorang yang menanggung risiko. Wirausaha dalam mengambil tindakan hendaknya tidak didasari oleh spekulasi, melainkan perhitungan yang matang. Ia berani mengambil risiko terhadap pekerjaannya karena sudah diperhitungkan. Oleh sebab itu, wirausaha selalu berani mengambil risiko yang moderat, artinya risiko yang diambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Keberanian menghadapi risiko yang didukung komitmen yang kuat, mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang sampai memperoleh hasil. Hasil-hasil itu harus nyata/jelas dan objektif, dan merupakan umpan balik (feedback) bagi kelancaran kegiatannya (Suryana, 2003).
Pengambilan keputusan pelaku bisnis atau seorang entrepreneur sebaiknya mempertimbangkan tingkat toleransi akan adanya resiko. Seorang entrepreneur dapat dikatakan risk averse (menghindari resiko) dimana mereka hanya mau mengambil peluang tanpa resiko, dan seorang entrepreneur dikatakan risk lover (menyukai resiko) dimana mereka mengambil peluang dengan tingkat resiko yang tinggi. Kegiatan akan selalu memiliki tingkat resiko yang berbanding lurus dengan tingkat pengembalianya. 
Apabila anda menginginkan pengembalian atau hasil yang tinggi, anda juga harus menerima tingginya tingkat resiko. Setiap individu memiliki tingkat toleransi yang berbeda – beda terhadap resiko, ada yang senang dengan resiko dengan tingkat pengembalian yang diinginkan dan ada yang takut akan resiko.
Praag dan Cramer (2002) secara eksplisit mempertimbangkan peran resiko dalam pengambilan keputusan seseorang untuk menjadi seorang entrepreneur.
Rees dan Shah (1986) menyatakan bahwa perbedaan pendapatan pada pekerja individu yang bebas (entrepreneur) adalah tiga kali lipat dari yang didapat oleh individu yang bekerja pada orang lain, dan menyimpulkan bahwa toleransi terhadap resiko merupakan sesuatu yang membujuk untuk melakukan pekerjaan mandiri (entrepreneur). Douglas dan Shepherd (1999) menggunakan resiko yang telah diantisipasi sebagai alat untuk memprediksi keinginan seseorang untuk menjadi entrepreneur, dinyatakan “ semakin toleran seseorang dalam menyikapi suatu resiko, semakin besar insentif orang tersebut untuk menjadi entrepreneur.”
Persepsi terhadap resiko berbeda-beda tergantung kepada kepercayaan seseorang, kelakuan penilainan dan perasaan dan juga termasuk factor-faktor pendukungnya, antara lain latar belakang pendidikan, pengalaman praktis di lapangan, karakteristik individu, kejelasan informasi, dan pengaruh lingkungan sekitar (Akintoye & Macleod, 1996).
Kemauan dan kemampuan untuk mengambil risiko merupakan salah satu nilai utama dalam berwirausaha. Entrepreneur yang tidak mau mengambil risiko akan sukar memulai atau berinisiatif. Menurut Yuyun Wirasasmita (2003) seorang wirausaha yang berani menanggung risiko adalah orang yang selalu ingin jadi pemenang dan memenangkan dengan cara yang baik.
2.1.5    Keberhasilan diri dalam berwirausaha
 Keberhasilan diri sebagai seorang entrepreneur di sini kemungkinan dari mendapatkan kesempatan- kesempatan yang diinginkan dan keuntungan pekerjaan atas pekerjaan yang telah dilakukan. Lingkungan yang dinamis menyebabkan seorang entrepreneur menghadapi keharusan untuk menyesuaikan dan mengembangkan diri agar keberhasilan dapat dicapai. Seorang entrepreneur bukan saja mengikuti perubahan yang terjadi dalam dunia usaha tapi perlu berubah seseringkali dan dengan cepat memiliki pemikiran yang inovatif dan berorientasi pada masa depan.
Karakteristik entrepreneur yang berhasil (Pearce II, 1989) 
1.      Komitmen yang tinggi. 
Tingkat komitmen para entrepreneur biasanya dapat terganggu oleh kesediaan mereka untuk merusak kondisi kemakmuran pribadi mereka, oleh kesediaan mereka untuk menginvestasi waktu, mentolerir standar kehidupan lebih rendah, dibandingkan dengan standar hidup yang sebenarnya dapat dinikmati mereka, dan bahkan pengorbanan waktu berkumpul dengan keluarga mereka.
2.      Dorongan atau rangsangan kuat untuk mencapai prestasi. 
Salah satu diantara motivator-motivator kuat, yang mendorong para entrepreneur adalah kebutuhan untuk meraih prestasi. Mereka secara tipikal dirangsang oleh kebutuhan untuk melampaui hasil-hasil yang diraih mereka pada masa lampau. Uang makin kurang berarti sebagai motivator, dan uang lebih banyak dijadikan alat untuk mengukur hingga dimana pencapaian prestasi mereka. 
3.      Orientasi kearah peluang-peluang serta tujuan-tujuan. 
Para entrepreneur yang berhasil, cenderung memusatkan perhatian mereka kepada peluang-peluang, yang mewakili kebutuhan-kebutuhan yang belum terpenuhi atau problem-problem yang menuntut danya pemecahan-pemecahan. 
4.      Focus pengendalian internal. 
Para entrepreneur yang berhasil, sangat yakin akan diri mereka sendiri. Riset yang dilakukan orang telah menunjukan bahwa mereka beranggapan bahwa meraka sendiri yang mengendalikan nasib usaha mereka, dan bukan kekuatan-kekuatan luar yang mengendalikan dan menentukan hasil yang mereka raih. Para entrepreneur yang berhasil juga bersikap sangat realistic tentang kekuatan serta kelemahan mereka sendiri dan apa saja yang dapat dilakukan mereka, dan apa yang tidak mungkin dilakukan mereka.
5.      Toleransi terhadap ambiguitas. 
Para entrepreneur yang baru memulai usaha baru mereka, menghadapi kebutuhan untuk mengimbangkan pengeluaran-pengeluaran untuk gaji dan upah karyawan mereka dengan hasil yang diraih. Pekerjaan-pekerjaan secara konstan berubah, para pelanggan silih berganti, dan kemunduran dan kejutan-kejutan merupakan hal yang tidak dapat dihindari. 
6.      Kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah. 
Para entrepreneur yang berhasil mencari problem-problem yang dapat mempengaruhi keberhasilan mereka, dan mereka berusaha untuk memecahkanya. Mereka tidak terintimidasi oleh situasi-situasi sulit. Mereka dapat bersikap desisif (berani mengambil keputusan) dan meraka dapat menunjukan kesabaran apabila persepsi jangka panjang dianggap sebagai hal yang tepat. 
7.      Kemampuan untuk menghadapi kegagalan secara efektif. 
Para entrepreneur tidak takut akan kegagalan, memang mereka sangat mendambakan keberhasilan, tetapi apabila harus, mereka menerima kegagalan dan memanfaatkanya sebagai suatu cara untuk belajar, bagaimana lebih baik memanaje pada masa.
Menurut Baron (2004) keberhasilan usaha baru tergantung pada keadaan perekonomian nasional pada saat bisnis diluncurkan. Gurol dan Atsan (2006) mendefinisikan keberhasilan berwirausaha sebagai pendorong keinginan seseorang untuk menjadi entrepreneur, karena persepsi keberhasilan sebagai hasil menguntungkan atau berharap untuk berakhir melalui pencapaian tujuan dari usahanya. Artinya, jika seseorang mencapai tujuan usaha yang diinginkan melalui prestasi, ia akan dianggap berhasil. Indikator keberhasilan yang sesungguhnya bukanlah apa yang dicapai, tetapi apa yang dirasakan. 
2.1.6     Kebebasan dalam bekerja
 Hasil survey dalam bisnis berskala kecil tahun 1991 menunjukkan bahwa 38% dari orang-orang yang meninggalkan pekerjaannya di perusahaan lain karena mereka ingin menjadi bos atas perusahaan sendiri. Beberapa entrepreneur menggunakan kebebasannya untuk menyusun kehidupan dan perilaku kerja pribadnya secara fleksibel. Kenyataannya banyak seorang entrepreneur tidak mengutamakan fleksibiltas disatu sisi saja. Akan tetapi mereka menghargai kebebasan dalam karir kewirausahaan, seperti mengerjakan urusan mereka dengan cara sendiri, memungut laba sendiri dan mengatur jadwal sendiri (Hendro, 2005).
 Kebebasan dalam bekerja ini adalah suatu nilai lebih bagi seorang entrepreneur. Pada dasarnya orang yang mempunyai jiwa kepemimpinan maupun memiliki inisiatif, akan lebih tertantang untuk melakukan suatu pekerjaan yang membebaskan segala inovasi dan kreativitasnya.
                                      Kebebasan dalam bekerja merupakan sebuah model kerja dimana
seseorang melakukan pekerjaan untuk dirinya sendiri dan tidak berkomitmen untuk majikan pada jangka panjang tertentu. Berangkat kerja tanpa terikat pada aturan atau jam kerja formal, atau berbisnis jarang-jarang tetapi sekali mendapat untung, untungnya cukup untuk dinikmati berbulan-bulan atau cukup untuk sekian minggu kedepan (Raymond Kao & Russell Knight, 1987).

2.2       Penelitian Terdahulu

 Gerry Segal, Dan Borgia, Jerry Schoenfeld (2005) menganalisis tentang faktor-faktor motivasi yang mempengaruhi minat mahasiswa dalam berwirausaha. Variabel yang digunakan sama dengan penelitian ini, yaitu: 1) toleransi akan resiko, 2) keberhasilan diri dalam berwirausaha, dan 3) kebebasan dalam bekerja. Hasil yang didapat adalah pengaruh signifikan ketiga variabel dengan minat mahasiswa dalam berwirausaha.
 Fang Yang (2011) menganalisis tentang perbedaan motivasi kerja masyarakat Ningbo, China menggunakan ANOVA. Variabel yang digunakan adalah motivasi kerja yang meliputi faktor motivasi kerja, karakteristik pribadi, dan latar belakang sosial. Dari penelitian ini ditemukan adanya perbedaan faktor motivasi kerja masyarakat di Ningbo, China dilihat dari karakteristik pribadi serta latar belakang sosialnya. 
                 Clement K. Wang dan Poh-Kam Wong (2004) dalam penelitiannya yang
berjudul Entrepreneurial interest of university students in Singapore menemukan pengaruh positif latar belakang pekerjaan orang tua terhadap minat mahasiswa dalam berwirausaha. Dalam uji ANOVA juga dinyatakan ada perbedaan minat mahasiswa dalam berwirausaha dilihat dari latar belakang pekerjaan orang tuanya.
Angki Adi Tama (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis faktor-faktor yang memotivasi mahasiswa berkeinginan menjadi entrepreneur, memperkuat penelitian dari Gerry Segal, Dan Borgia, Jerry Schoenfeld (2005). Hasil penelitiannya menjelasakan bahwa toleransi akan resiko, keberhasilan diri dalam berwirausaha, dan kebebasan dalam bekerja berpengaruh positif terhadap keinginan mahasiswa menjadi wirausahawan.

            2.3       Kerangka Pemikiran Teoritis

 Berdasarkan landasan teori dan tinjauan pustaka yang ada, maka kerangka pemikiran teoritis dari penelitian ini disajikan dalam gambar sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis I


Penelitian ini juga menggunakan hipotesis ke-4 yang diuji melalui ANOVA. Menurut Duchesnau et al. (dalam Riyanti, 2003), wirausaha yang berhasil adalah mereka yang dibesarkan oleh orang tua yang juga wirausaha, karena memiliki banyak pengalaman yang luas dalam dunia usaha. Lebih lanjut Staw (1991) mengemukakan bahwa ada bukti kuat wirausaha memiliki orang tua yang bekerja mandiri atau berbasis sebagai wirausaha. 
Profesi orang tua memiliki peran strategis sebagai budaya pembentuk motivasi berwirausaha. Hal ini memunculkan adanya hipotesis ke-4 dalam uji
ANOVA yang akan diuji nantinya.

                2.4       Hipotesis Penelitian 

Hipotesis berguna untuk memberi arah dan tujuan dalam penelitian ini. Hipotesis ini akan dibuktikan kebenarannya dalam penelitian ini, hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: 
H1: Toleransi akan resiko berpengaruh positif terhadap minat untuk menjadi wirausahawan.
H2: Keberhasilan diri dalam berwirausaha berpengaruh positif terhadap minat untuk menjadi wirausahawan.
H3: Keinginan merasakan kebebasan dalam bekerja berpengaruh positif terhadap minat untuk menjadi wirausahawan.
H4: Terdapat perbedaan dalam minat untuk berwirausaha dari tiap latar belakang pekerjaan orang tua mahasiswa.

III
METODE PENELITIAN

3.1        Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.1.1. Variabel Penelitian
 Variabel penelitian merupakan abstraksi (fenomena-fenomena kehidupan nyata yang diamati) yang diukur dengan berbagai macam nilai untuk memberikan gambaran-gambaran yang lebih nyata mengenai fenomena-fenomena (Indriantoro dan Supomo,2002). 
Variable penelitian kuantitatif dilaksanakan berdasarkan filsafah positivisme (Sukmadinata, 2005). Suatu penelitian selalu berawal dari adanya masalah. Pada penelitian kuantitatif masalah yang ada pun juga sudah jela
Dengan adanya masalah itu, kemudian rumusan masalah dapat dikembangkan. Rumusan masalah pada umumnya merupakan kalimat pertanyaan seperti yang ada di Bagian II. Dari pertanyaan-pertanyaan itu nantinya akan menjawab variabelvariabel dalam penelitian. 
 Penelitian ini menggunakan dua macam variabel, yaitu variabel terikat (dependent variable) atau variabel yang tergantung pada variabel lainnya, serta variabel bebas (independent variable) atau variabel tergantung pada variabel lainnya. Variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini adalah:
1.      Variabel terikat (dependent variabel) yaitu minat berwirausaha (Y).
2.      Variabel bebas (independent variabel) yaitu (X) yang meliputi:
a.       Toleransi akan resiko (X1)
b.      Keberhasilan diri dalam berwirausaha (X2)
c.       Keinginan merasakan kebebasan dalam bekerja (X3)
3.1.2. Definisi Operasional Variabel
 Merupakan penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalkan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik (Indriantono dan Supomo, 2002).
 Definisi operasional adalah melekatkan arti pada suatu variabel dengan menetapkan kegiatan atau tindakan yang perlu untuk mengukur variabel itu. Pengertian operasional variabel ini kemudian diuraikan menjadi indikator empiris yang meliputi:
3.1.2.1 Pengertian Minat Berwirausaha
Menurut uraian tentang minat dan wirausaha, minat berwirausaha adalah kecenderungan hati dalam diri subyek untuk tertarik menciptakan suatu usaha yang kemudian mengorganisir, mengatur, menanggung risiko dan
mengembangkan usaha yang diciptakannya tersebut.
Dalam penelitian ini minat berwirausaha menggunakan indikator:
      Tidak ada ketergantungan
      Membantu lingkungan sosial
      Jiwa kepemimpinan
      Perbandingan dengan pekerjaan lain
      Berorientasi pada masa depan

3.1.2.2 Pengertian Toleransi Akan Resiko
                              Resiko merupakan kemungkinan terjadinya suatu hal yang tidak
diinginkan pada waktu yang akan datang sebagai hasil dari keputusan yang kita ambil. Toleransi akan resiko berkaitan dengan kemampuan, kreativitas dalam menyelesaikan besar kecilnya suatu resiko yang diambil untuk mendapatkan penghasilan yang diharapkan.
Dalam penelitian ini, toleransi akan resiko diukur menggunakan indikator:
      Kolektif
      Tanggungjawab
      Menyukai tantangan
      Sabar
      Kontrol diri
3.1.2.3 Pengertian Keberhasilan Diri Dalam Berwirausaha
 Keberhasilan dalam berwirausaha merupakan pencapaian suatu tujuan usaha yang telah ditentukan. Praag dan Camel (2001) menyatakan bahwa seorang yang berhasil menjadi entrepreneur apabila imbalan yang diharapkan melebihi gaji dari suatu pekerjaan.
 Dalam penelitian ini, keberhasilan diri dalam berwirausaha menggunakan indikator dari ciri-ciri wirausahawan yang berhasil, yaitu:
      Semangat dalam bekerja
      Orientasi pada tujuan
      Optimis
      Tekun dan ulet
      Kompeten
3.1.2.4 Pengertian Merasakan Kebebasan Dalam Bekerja
 Kebebasan dalam bekerja merupakan suatu model kerja dimana orang dapat mengelola pekerjaan dan manajemen perusahaannya sendiri. Orang yang bebas dalam bekerja tidak terikat dengan waktu dan tidak memiliki komitmen dengan atasan. Mereka bebas untuk menikmati keuntungan yang mereka dapatkan dari bisnis yang dijalankan. Hal ini yang menyebabkan kebebasan dalam bekerja menjadi salah satu variabel yang mempengaruhi minat berwirausaha dalam diri seseorang.
                Dalam penelitian ini, merasakan kebebasan dalam bekerja diukur dengan
indikator:
      Tidak suka diatur
      Suka mengambil inisiatif
      Keras kepala
      Kebebasan pribadi
      Bersifat intuisi

Tabel 3.1
Variabel penelitian dan Indikator Penelitian
Variabel

Indikator
Minat Berwirausaha
(Y)
Tidak ada ketergantungan
Membantu lingkungan sosial
Jiwa kepemimpinan

Perbandingan dengan pekerjaan lain

Berorientasi pada masa depan
Toleransi Akan Resiko
(X1)
Kolektif
Tanggungjawab
Menyukai tantangan

Sabar

Kontrol diri
Keberhasilan Diri 
(X2)
Semangat dalam bekerja
Orientasi pada tujuan
Optimis

Tekun dan ulet

Kompeten  
Kebebasan Dalam
Bekerja
(X3)
Tidak suka diatur
Suka mengambil inisiatif
Keras kepala
Kebebasan pribadi

Bersifat intuisi
Sumber: Pengembangan teori dari berbagai sumber, 2012

3.2.       Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1. Populasi dan Objek Penelitian
 Populasi merupakan keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga. Populasi adalah sejumlah individu yang paling sedikit mempunyai sifat atau kepentingan yang sama ( Indrianto dan Supomo, 2002). 
 Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa, hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang menjadi pusat perhatian seorang peneliti karena itu dipandang sebagai sebuah semesta penelitian
(Ferdinand, 2006). Popoulasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muslim Indoensia dengan target populasi mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi Universitas Muslim Indoensia yang telah mengikuti mata kuliah kewirausahaan.
Tabel 3.2
Populasi

(Jumlah mahasiswa S1 yang sudah menempuh mata kuliah kewirausahaan)

Semester 
GENDER 
(Jenis Kelamin)
Jumlah (mahasiswa)
Empat (4) 
Laki-laki
462
Perempuan
484

946
Enam (6) 
Laki-laki
345
Perempuan
298

643
Jumlah 

1589
Sumber: Kepala Sub Bagian Akademik Fakultas Ekonomika dan Bisnis UNDIP Semarang 2009-2011

3.2.2 Teknik pengambilan Sampel
                             Menurut Sugiyono (2011), sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sample merupakan bagian yang berguna bagi tujuan penelitian populasi dan aspek-aspeknya. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan jenis non probability sampling, jenis sampel ini tidak dipilih secara acak. Tidak semua unsur atau elemen populasi mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel. Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel bisa disebabkan karena kebetulan atau karena faktor lain yang sebelumnya sudah direncanakan oleh peneliti. 
Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling dimana penelitian ini tidak dilakukan pada seluruh populasi, tapi terfokus pada target. Purposive Sampling artinya bahwa penetuan sampel mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu yang telah dibuat terhadap obyek yang sesuai dengan tujuan penelitian dalam hal ini penelitian dilakukan pada mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Adapun kriteria dari mahasiswa yang dijadikan sampel adalah:
a)      Mahasiswa yang memiliki minat untuk berwirausaha.
b)      Mahasiswa   semester          VI        dan      semester          IV        ekstensi
(mempertimbangkan kematangan emosi, pendidikan serta visi dan misi untuk masa depan).

Tabel 3.3
Target Populasi
Semester 
GENDER 
(Jenis Kelamin)
Jumlah (mahasiswa)
Enam (6)
Laki-laki
345
Perempuan
298 
Empat
(4) ekstensi
Laki-laki
29
Perempuan
50
Jumlah
722
Sumber: Kepala Sub Bagian Akademik Fakultas Ekonomika dan Bisnis UNDIP Semarang 2009-2011 
Untuk menentukan jumlah sampel minimal dalam penelitian ini, digunakan tekhnik dari buku Tabachnick and Fidell (1996) yang  memberi rumus guna menghitung sampel yang dibutuhkan uji Regresi, berkaitan dengan jumlah variabel bebas yang digunakan:
n > 50 + 8m
Dimana : 
n = Jumlah Sampel                                          m = Jumlah Variabel independen
Penelitian ini menggunakan 3 variabel independen, maka jumlah sampel minimal dalam penelitian ini adalah 74 orang, dimana 50 ditambah ( 3 x 8) = 50 + 24 = 74.
 Cara ini digunakan karena dari 722 mahasiswa, tidak dapat dihitung jumlah atau angka pasti yang memiliki minat untuk berwirausaha. Karena itu, penelitian ini hanya menetepkan standar minimal jumlah sampel agar
respresentatif.
 Menurut Arikunto (2006), sampel ialah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Apabila jumlah populasi kurang dari 100 maka diambil dari seluruhnya untuk dijadikan sampel. Sedangkan jika populasi diatas 100, maka diambil diantara 10% - 15% atau 20% - 25% dari populasi. Maka sampel maksimal yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah 181 orang.

3.3.      Jenis dan Sumber Data

3.3.1. Jenis Data
 Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Jenis data kualitatif adalah data yang dapat di hitung dengan angka maupun dapat diuraikan (Santoso, 2003), misalnya jenis kelamin, dan sebagainya. Sedangkan data kuantitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk angka ataupun data yang dapat dihitung (Santoso, 2003), misalnya usia seseorang, dan sebagainya.
3.3.2. Sumber Data
3.3.2.1 Data Primer
 Data primer ialah data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data ini tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun dalam bentuk file-file. Data ini harus dicari melalui narasumber atau dalam istilah teknisnya responden, yaitu orang yang kita jadikan objek penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai sarana mendapatkan informasi ataupun data (Narimawati, 2008). Data primer dari penelitian ini diperoleh dari kuesioner yang diisi oleh responden secara langsung yang berada di Fakultas Ekonomi di Universitas Diponegoro.
3.3.2.2 Data Sekunder
 Merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara yang diperoleh dan dicatat oleh pihak lain. (Indriantoro dan Supomo, 2002). Data sekunder dalam penelitian ini antara lain mencakup jumlah mahasiswa, sejarah berdirinya FE Undip serta hal yang lain yang berkaitan dengan penelitian. Sumber data ini diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara dan sifatnya saling melengkapi. 
                                    Data sekunder bentuknya berupa sumber daftar pustaka yang
mendukung penelitian ilmiah serta diperoleh dari literatur yang relevan dari permasalahan sebagai dasar pemahaman terhadap obyek penelitian dan menganalisis secara tetap. Contohnya data-data yang diperoleh dari bagian Tata Usaha FEB, situs resmi FEB Universitas Diponegoro (www.undip.ac.id),
referensi buku, artikel, jurnal, dll. 

3.4       Metode Pengumpulan Data

3.4.1     Wawancara
 Dalam penelitian ini akan digunakan metode wawancara sebagai pembuka pemilihan sample agar sesuai dengan  materi yang dibahas. Karena tidak semua orang memiliki minat untuk menjadi entrepreneur, maka sebelum kuesioner dibagikan, peneliti akan menanyakan adakah minat mereka dalam berwirausaha. Jika ada maka kuesioner akan dibagikan, jika tidak ada maka kuesioner tidak dibagikan.
3.4.2     Kuesioner
 Dalam suatu penelitian ilmiah, metode pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan yang relevan, akurat, dan terpercaya (Indrianto dan Supomo, 2003). Dalam penelitian ini pengumpulan data menggunakan kuesioner atau dikenal juga dengan sebutan angket. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk diisi.
 Dalam kuesioner ini sendiri terbagi dalam empat halaman yang mewakili empat variabel yang ada. Halaman pertama akan membahas tentang data mahasiswa, halaman kedua akan membahas toleramsi resiko, halaman ketiga akan membahas tentang keberhasilan diri, dan yang keempat akan membahas tentang keinginan untuk merasakan kebebasan dalam bekerja.
 Pertanyaan yang terlampir dalam kuesioner ini akan mewakili tiap-tiap indikator variabel yang telah ditentukan. Pengukuran variabel sendiri akan dilakukan dengan skala Likert yang menggunakan metode scoring sebagai
berikut:
1

2

3

4

5

6

7
Skala penelitiannya sebagai berikut:
            Skala 1            : Sangat Tidak Setuju                Skala 5-6: Cenderung Setuju
            Skala 2-3         : Cenderung Tidak Setuju       Skala 7   : Sangat Setuju
            Skala 4            : Netral

3.5.      Metode Analisis Data

 Agar suatu data yang dikumpulkan dapat bermanfaat, maka harus diolah dan dianalisis terlebih dahulu sehingga dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan. Tujuan metode analisis data adalah untuk menginterprestasikan dan menarik kesimpulan dari sejumlah data yang terkumpul.

3.5.1    Analisis Kuantitatif

                   Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik.
Analisis data kuantitatif terdiri dari:
3.5.1.1 Uji Kualitas Data
Uji Validitas
Untuk mendukung analisis regresi dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Dalam penelitian ini digunakan untuk menguji kevalidan kuesioner. Validitas menunjukan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi alat ukurnya (Azwar, 2000).  Pengukuran validitas dapat dilakukan dengan menggunakan 3 pendekatan, yaitu:
1.      Content Validity  
Merupakan suatu konsep pengukuran validitas dimana suatu instrumen dinilai memiliki content validity, jika mengandung butir-butir pertanyaan yang memadai dan representatif untuk megukur construct sesuai dengan yang diinginkan peneliti.
2.      Criterion- Related Validity  
Merupakan konsep pengukuran validitas yang menguji tingkat akurasi dari instrumen yang baru dikembangkan. Uji criterion-related validity dilakukan dengan cara menghitung koefisien korelasi antara skor yang diperoleh dari penggunaan instrumen baru dengan skor dari penggunaan instrumen lain yang telah ada sebelumnya yang memiliki kriteria yang relevan.
3.      Construct Validity  
Merupakan konsep pengukuran validitas dengan cara menguji apakah suatu instrumen, mengukur construct sesuai dengan yang diharapkan.
Uji Reliabilitas
Uji reliabiltas adalah suatu indek yang menunjukkan sejauh mana hasil suatu penelitian pengukur dapat dipercaya (Azwar, 2000). Hasil pengukuran dapat dipercaya atau reliable hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama, selama aspek yang diukur dalam dari subjek memang belum berubah. 
Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara one shot atau pengukuran sekali saja. Disini pengukuran hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha (a). Suatu variabel dikatakan reliable (andal) jika nilai Cronbach Alpha (a) > 0,6 (Nunnally dalam Ghozali, 2006). 

3.5.2    Analisis Regresi Linear Berganda

 Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi untuk menemukan atau mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dengan menggunakan program computer SPSS versi 20.
 Analisis regresi adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen, dengan tujuan untuk mengestimasi dan memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang di ketahui (Gujarati, 2003 dalam Ghozali, 2006).
Regeresi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana variable bebas mempengaruhi variable terikat. Pada regresi berganda terdapat satu variable terikat dan lebih dari satu variable bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variable terikat adalah minat mahasiswa untuk berwirausaha, sedangkan yang menjadi variable bebas adalah keberhasilan diri, toleransi akan resiko, dan keinginan merasakan kebebasan dalam bekerja.
                  Model hubungan variabel dalam penelitian ini disusun dalam persamaan
atau fungsi sebagai berikut:
Y = b1 X1 + b X2 + b3 X3 + b4 X4 + e
Keterangan:
                Y         : Variabel terikat                                 X         : Variabel bebas
                B          : Koefisien regresi variabel bebas       e          : Error

3.5.3    Goodness of Fit Model Regresi

                            Digunakan untuk mengukur ketepatan fungsi regrsi sampel dalam
menaksir nilai aktual. Secara statistic, setidaknya hal ini dapat diukur dari nilai koefisien determinasi, nilai statistic F dan nilai statistic t (Ghozali, 2006).

3.5.3.1 Koefisien Determinasi
 Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel dependen amat terbatas. Sedangkan, nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Selain itu koefisien determinasi dipergunakan untuk mengetahui presentase perubahan variable terikat
(Y) yang disebabkan oleh variable bebas (X).
3.5.3.2 Uji t (Uji Signifikan Secara Parsial)
Uji t digunakan untuk menguji signifikansi hubungan antara variable X dan variable Y, apakah variable X1, X2, X3, X4 benar-benar berpengaruh terhadap variable Y. 
Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah suatu parameter (β) sama dengan nol atau 
H0 : β= 0
Artinya apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol atau :
Ha : β ≠ 0
Artinya variabel independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap
variabel penjelas. 
Apabila t hitung < t tabel, maka H0 diterima yang berarti tidak ada pengaruh masing-masing variabel X dengan Variabel Y. Apabila t hitung>t tabel, maka H0 ditolak yang berarti ada pengaruh masing-masing variabel X terhadap Y. 3.5.3.3 Uji F (Uji Signifikan Secara Stimultant)
 Uji statistic F pada dasarnya menunjukkan apakah semua model independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersamasama terhadap variabel dependen.
 Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol, atau:
H0 : β= 0
 Artinya, apakah semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (HA) tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol, atau:
Ha : β≠ 0
            Artinya, semua variabel independen secara simultan merupakan penjelasan yang signifikan terhadap variabel dependen.
Bila f hitung < F tabel , maka H0 diterima dan Ha ditolak, berarti tidak ada pengaruh simultan. Bila F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima berarti terdapat pengaruh simultan.

3.5.4    Uji Asumsi Klasik

            Uji asumsi klasi dilakukan dengan:
3.5.4.1 Uji Multikolonieritas
 Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi di antara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal dalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesame variabel independen sama dengan nol. (Ghozali, 2006)
3.5.4.2 Uji Heteroskedastisitas
 Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda maka heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskesdatisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Kebanyakan data crossection mengandung situasi heteroskesdisitas karena data ini mengandung data yang mewakili berbagai ukuran. (Ghozali, 2006)
3.5.4.3 Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji salah satu asumsi dasar analisis regresi berganda, yaitu variable-variabel independent dan depenen harus didistribusikan normal atau mendekati normal. Untuk menguji apakah data-data yang dikumpulkan berdistribusi normal atau tidak dapat dilakukan dengan metode sebagai berikut :


a. Metode grafik
Metode grafik yang handal untuk menguji normalitas data adalah dengan melihat normal probability plot, sehingga hampir semua aplikasi komputer statistic menyediakan fasilitas ini. Normal probability plot adalah membandingkan distribusi komulatif data yang sesungguhnya dengan distribusi komulatif dari distribusi normal (hypotheeical distribution). 
Proses uji normalitas data dilakukan dengan meperhatikan penyebaran data (titik) pada Norma P-Plot of Regression Standardized dari variable terikat (Santoso, 2000) dimana : 
 Jika data menyebar disekitar garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 
 Jika data menyebar jauh dari diagonal atau mengikuti garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas. 
b. Metode Statistik 
Uji statistik sederhana yang sering digunakan untuk menguji asumsi normalitas adalah dengan menggunakan uji normalitas dari Kolmogorov Smirnov. Metode pengujian normal tidaknya
distribusi data dilakukan dengan melihat nilai signifikansi variable, jika signifikan lebih besar dari alpha 5% maka menunjukkan distribusi data normal.

3.5.5    Analysis of Variance (ANOVA)

Menurut Ghozali (2006), Analisis of Variance merupakan metode untuk menguji hubungan antara satu variabel dependen (skala metric) dengan satu atau lebih variabel independen (skala nonmetrik atau kategorikal dengan kategori lebih dari dua). Hubungan antara satu variabel dependen dengan satu variabel independen One Way ANOVA (Ghozali, 2006). 
ANOVA digunakan untuk mengetahui pengaruh utama (main effect) dan pengaruh interaksi (interaction effect) dari variabel independen kategorikal terhadap variabel dependen metrik (Ghozali, 2006). Sementara. pengaruh interaksi adalah pengaruh bersama atau joint effect dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen. 
Dalam penelitian ini ANOVA digunakan untuk mengetahui perbedaan latar belakang pekerjaan orang tua yang bekerja sebagai wirausahawan dan nonwirausahawan. Latar belakang pekerjaan orang tua ini digunakan untuk melihat perbedaan di dalam minat berwirausaha mahasiswa. 

Asumsi Analysis of Variance 

Ghozali (2006) menjelaskan beberapa asumsi yang harus dipenuhi untuk dapat menggunakan uji statistik ANOVA, yaitu: 
a)      Homogeneity of variance 
Variabel harus memiliki varian yang sama dalam setiap kategori variabel independen. Jika terdapat lebih dari satu variabel independen, maka harus homogeneity of variance di dalam cell yang dibentuk oleh variabel independen kategorikal. SPSS memberikan test ini dengan nama Levene’s test of homogeneity of variance. Jika nilai Levene test signifikan (probabilitas < 0.05) maka hipotesis nol akan ditolak bahwa grup mamiliki variance yang berbeda dan hal ini menyalahi asumsi. Jadi, yang dikehendaki adalah tidak dapat menolak hipotesis nol atau hasil Levene test tidak signifikan (probabilitas > 0.05). walaupun asumsi variance sama ini dilanggar, Box (dalam Ghozali, 2006) menyatakan bahwa ANOVA masih tetap dapat digunakan oleh karena  ANOVA robust (tahan) untuk penyimpangan yang kecil dan moderat dari homogeneity of variance. Perhitungan kasarnya rasio terbesar ke terkecil dari grup variance harus 3 atau kurang dari 3. 
b)      Random Sampling 
Untuk tujuan uji signifikansi, maka subyek di dalam setiap grup harus diambil secara random.
c)      Multivariate Normality 
Untuk uji signifikansi, maka variabel harus mengikuti distribusi normal multivariate. Variabel dependen terdistribusi secara normal dalam setiap kategori
variabel indipenden. ANOVA masih tetap robust walaupun terdapat penyimpangan asumsi multivariate normality. SPSS memberikan uji Boxplot test of the normality assumption. 
Ghozali (2006) juga menjelaskan bahwa analysis of variance yang digunakan untuk membandingkan nilai rata-rata tiga atau lebih sampel yang tidak berhubungan pada dasarnya adalah menggunakan F test, yaitu estimate between groups variance (atau mean-squares) dibandingkan dengan estimate within groups variance atau secara rumus sebagai berikut: 
                                                                                                               
=  
                                                                                                                  
Total varian dalam variabel dependen dapat dipandang memiliki dua (2) komponen, yaitu varian yang berasal dari variabel independen dan varian yang berasal dari faktor lainnya (Ghozali, 2006). Varian dari faktor lain sering disebut dengan error atau residual variance. Varian dari variabel independen disebut dengan explained variance. Jika between group (explained) variance lebih besar dari within group (residual) variance, maka nilai F ratio akan tinggi, yang berarti perbedaan antara nilai means terjadi secara acak (Ghozali, 2006). 
Menurut Ghozali (2006), within group variance atau sum-of-squares adalah jumlah varian dari grup atau kelompok. Sedangkan mean-squares adalah jumlah sum-of-squares dibagi dengan degree of freedom. Degree of freedom adalah jumlah kasus dikurangi 1 (satu) pada setiap grup dengan menggunakan rumus berikut: 
 !"ℎ $"%% &'( %") −1,+  !"ℎ $"%% &'.( 2−1, 0"1 %2)2'%13"4  

Sedangkan between group variance dapat dihitung dengan rumus di bawah ini:
  
5.)"! 6"'7"182 = 92):221 &'. (      +      :7)ℎ71 &'. (




[1] Sumber: http://www.fe.undip.ac.id/index.php/visi-misi-a-tujuan
 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS